Bab 14
Yesus di Tanah Lazarus Dekat Thirza dan di Rumahnya di Betania


Yesus, dengan mengambil jalan yang dilintasi Keluarga Kudus dalam peristiwa pengungsian ke Mesir, tiba bersama para murid di sebuah tempat kecil tak jauh dari Legio di mana Keluarga Kudus menginap dan di mana tinggal sekelompok orang rendahan seperti budak. Yesus membeli roti di sini, dan sementara Ia membagi-baginya, roti itu berlipat ganda dalam tangan-Nya; tetapi mukjizat ini tidak menimbulkan kegemparan, sebab Ia tidak berlama dan melakukannya seolah sambil lalu.

Sesudah melanjutkan perjalanan, Ia ditemui oleh Lazarus, Yohanes Markus, dan Obed, yang telah datang untuk tujuan itu. Bersama mereka, Yesus menuju vila Lazarus dekat Thirza, sekitar lima jam jauhnya. Mereka tiba tanpa menarik perhatian pada malam hari, dan mendapati segala sesuatunya telah siap bagi kedatangan mereka. Vila tersebut terletak di atas sebuah gunung menuju Samaria, tak jauh dari ladang Yakub. Seorang Yahudi yang sangat tua, yang berjalan dengan kaki telanjang dan kain di pinggang, adalah seorang pengurus rumah tangga, jabatan yang ia emban bahkan ketika Maria dan Yosef singgah di sini dalam perjalanan mereka ke Betlehem. Di vila yang sama ini Marta dan Magdalena, pada tahun terakhir Yesus ketika Ia mengajar di Samaria, menunjukkan keramah-tamahan dan memohon kepada-Nya untuk datang menjenguk saudara mereka - Lazarus - yang sedang sakit.

Dekat tanah milik Lazarus adalah kota kecil Thirza, terletak di sebuah wilayah indah sekitar tujuh jam perjalanan dari Samaria. Matahari pagi yang menyinari Thirza menjadikannya sangat berlimpah dalam biji-bijian, anggur dan buah-buahan. Penduduknya sebagian besar bertani, hasilnya mereka bawa ke suatu tempat untuk dijual. Dulu kota itu besar dan indah dan merupakan kediaman para raja, akan tetapi istana telah habis dilalap api dan kota diporak-porandakan oleh perang. Satu raja, Amri, menjadikan rumah Lazarus sebagai rumahnya hingga pembangunan Samaria, ke mana kemudian ia pindah. Penduduk Thirza pada masa Yesus sangat saleh dan hidup terasing di kota kecil mereka yang terpencil. Aku pikir ada sisa-sisa mereka bahkan pada masa kita sekarang. Penduduk sangat membatasi diri dalam pergaulan dengan orang-orang Samaria. Yesus mengajar di sinagoga Thirza, tetapi tidak mengadakan penyembuhan.

Pada hari Sabbat dimulailah Perayaan Persembahan Bait Zerubabel. Perayaan tidak sekhidmad perayaan persembahan Makabe, meski di rumah-rumah, di jalan-jalan, di ladang-ladang di antara para gembala, dan di sinagoga ada banyak lampu dan api. Yesus melewatkan sebagian besar hari itu di sinagoga bersama semua murid. Santapan-Nya dihantar dari vila Lazarus, tetapi Ia makan sedikit. Sebagian besar porsi makanan dibagi-bagikan kepada kaum miskin Thirza, yang jumlahnya sangat banyak. Pembagian yang demikian terus dilakukan selama masa tinggal-Nya di sana. Kota masih memiliki, dalam tembok-tembok dan menara-menara kuno, sisa-sisa dari kebesarannya di masa lalu. Mungkin rumah Lazarus, yang sekarang lima belas menit dari kota, dulunya termasuk dalam batas wilayahnya, sebab dalam kebun-kebunnya terserak aneka macam puing-puing tembok dan pondasi bangunan. Lazarus mewarisi harta milik ini dari ayahnya. Di sini, sama seperti di tempat lain, Lazarus sangat dihormati dan disegani sebagai seorang yang sangat kaya dan saleh, ya, seorang yang beroleh terang pencerahan. Perilakunya sangat berbeda dari orang-orng lain. Ia luar biasa tenang dan sangat sedikit berbicara, tetapi dengan kelemah-lembutan yang luar biasa dan terus terang.

Ketika perayaan berakhir, Yesus meningglakan Thirza bersama Lazarus dan para murid, dan melanjutkan perjalanan ke Yudea. Jurusan ini ditempuh Maria dan Yosef ketika pergi ke Betlehem, meski jalannya tidak persis sama, melainkan melintasi wilayah yang sama, melalui pegunungan dekat Samaria. Aku melihat mereka pada malam hari mendaki sebuah gunung tinggi yang indah, sejuk dan bersih; embun berlimpah membasahi seluruh wilayah. Ada sekitar delapanbelas orang menyertai Yesus, dan mereka berjalan berdua-dua, sebagian di depan-Nya, sebagian di belakang-Nya, dan yang lain di samping-Nya. Apabila jalanan cukup lebar, Yesus kerap berdiri di tempat untuk mengajar mereka dan berdoa. Sebagian besar malam dilewatkan dalam perjalanan ini. Menjelang pagi, mereka beristirahat dan menyantap sarapan ringan. Sesudah dengan hati-hati menghindari desa dan kota, mereka melanjutkan perjalanan mereka melintasi sebuah gunung di mana angin bertiup kencang dan dingin.

Tak jauh dari Samaria, aku melihat Yesus berjalan bersama sekitar enam murid. Seorang pemuda dari kota menjatuhkan diri di jalanan di hadapan-Nya, mengatakan, "Juruselamat manusia, Engkau yang akan membebaskan Yudea dan memulihkannya ke kejayaan semula," dsbnya. Berpikir bahwa Kristus hendak mendirikan sebuah kerajaan duniawi, ia memohon diterima ke dalam bilangan para pengikut-Nya dengan harapan kelak ditunjuk menduduki suatu posisi terhormat. Ia seorang yatim piatu, tetapi mewarisi banyak harta kekayaan dari ayahnya, dan ia memegang suatu jabatan di Samaria. Yesus memperlakukannya dengan sangat ramah. Ia mengatakan bahwa sekembali-Nya Ia akan mengatakan apakah Ia akan menerimanya atau tidak, bahwa Ia senang dengan niat baik dan kerendahan hatinya, dan bahwa Ia tak punya alasan untuk menolak apa yang diinginkannya, dll. Tetapi aku melihat Yesus tahu betapa besar keterikatan pemuda ini pada kekayaannya dan bahwa, berharap memberinya suatu pelajaran, Ia tak hendak memberinya jawaban hingga Ia telah memilih para Rasul. Pemuda ini sekali lagi datang kepada Yesus dan kunjungannya yang kedua dicatat dalam Injil.

Sore hari menjelang Sabbat dimulai, aku melihat mereka tiba di penginapan gembala yang terletak di antara dua padang gurun, sekitar empat atau lima jam dari Betania. Maria dan para perempuan kudus bermalam di sana ketika mereka pergi ke Betania untuk menegok Yesus sebelum Pembaptisan. Para gembala dari desa sekitar berkumpul bersama dengan membawa pemberian dan kebutuhan-kebutuhan lain. Penginapan diubah menjadi sebuah oratorium, sebuah lampu dinyalakan, dan di sanalah mereka tinggal. Yesus mengajar di sini dan merayakan Sabbat. Sementara melewati jalanan yang bergunung-gunung dan lengang ini, Ia berhenti juga di tempat di mana Maria dalam perjalanannya ke Betlehem menderita hebat akibat kedinginan dan di mana sesudahnya ia dihangatkan secara ajaib.

Yesus dan para murid melewatkan sepanjang Sabbat di antara para gembala ini, yang begitu gembira menerima kunjungan-Nya dan begitu tersentuh hati oleh kehadiran-Nya. Bahkan Yesus Sendiri tampak lebih cemerlang di antara orang-orang sederhana dan tak berdosa ini. Sesudah Sabbat Ia melanjutkan ke Betania yang empat jam jauhnya.


sumber : “The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich”; diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Yesus di Padang Gurun          previous  Halaman Sebelumnya     Halaman Selanjutnya next   up  Halaman Utama