Bab 6
![]() Yesus dan Para Murid Diundang untuk Mengajar dan Membaptis di Seleukia
Yesus dan para murid berpisah dan pergi ke jurusan-jurusan berbeda di segenap penjuru kota Adama. Yesus mengambil bagian tengah, sementara para murid pergi ke wilayah-wilayah yang paling jauh bahkan sejauh rumah-rumah kaum kafir. Mereka berhenti di nyaris setiap rumah mengundang orang, yang telah siap, untuk pergi keesokan harinya ke pembaptisan, dan hari sesudahnya ke pengajaran besar yang hendak Yesus sampaikan di sebuah lapangan besar berumput, di seberang danau dekat Seleukia. Undangan disertai dengan kata-kata pengajaran. Dengan demikian para murid sibuk hingga petang, ketika mereka meningggalkan kota dan menyusuri sepanjang sisi barat danau di mana berlabuh beberapa perahu nelayan. Mereka naik perahu dan mengajar para nelayan yang sedang menangkap ikan dengan suluh di sisi lebar danau di bawah tempat di mana sungai Yordan mengalir masuk. Cahaya suluh menarik ikan-ikan, yang lalu mereka tangkap dengan kait dan anak panah. Para murid meminta para nelayan untuk membawa ikan-ikan mereka ke lapangan hijau dekat Seleukia, di mana pengajaran akan diadakan, dan mereka akan diberi imbalan yang memuaskan. Lapangan hijau, yang mereka sebut-sebut, adalah semacam taman margasatwa yang dikelilingi oleh sebuah tembok dan pagar tanam-tanaman. Binatang-binatang liar yang ditangkap hidup-hidup dikurung di sana, dengan demikian taman diperlengkapi dengan berbagai macam sarang dan kurungan untuk tujuan itu. Taman itu milik Adama dan sekitar satu setengah jam dari Seleukia.
Ketika fajar merekah, Yesus menggabungkan diri dengan para murid dan mereka kembali ke kota bersama lewat sebuah jalan memutar di mana terdapat beberapa gubuk. Undangan dan pengajaran disampaikan di gubuk-gubuk ini sama seperti di rumah-rumah lain. Setibanya di kota, Yesus dan para murid menuju kediaman Gubernur, yang berdiri di sebuah lapangan terbuka, dan di sana mereka menyantap makanan. Jamuan terdiri dari ketul-ketul roti yang dijalin berpasangan dan ikan-ikan kecil dengan kepala tegak. Ikan-ikan ini disajikan dalam sebuah piring kaca kemilau warna-warni yang berbentuk seperti sebuah kapal. Yesus menempatkan satu dari ikan-ikan itu ke atas ketul roti di hadapan masing-masing murid. Di sekeliling tepian meja terdapat lubang-lubang cekung seperti piring, ke dalam mana makanan disajikan.
Sesudah bersantap, Yesus menyampaikan suatu pengajaran di aula terbuka di lapangan di hadapan Gubernur dan seisi rumahnya; semuanya akan menerima baptisan. Kemudian Ia pergi ke tempat pengajaran di luar kota di mana Ia mendapati banyak orang telah menanti-Nya, dan di sana juga, Ia mengajar sebagai persiapan pembaptisan. Rombongan-rombongan orang datang dan pergi bergantian, dimulai dari tempat ini ke sinagoga di mana mereka berdoa, memerciki kepala mereka dengan abu, dan melakukan penitensi. Mereka undur diri sesudahnya ke taman pemandian dekat "Tempat Rahmat", di mana mereka melakukan pembasuhan diri berdua-dua di sebuah wisma mandi yang saling dipisahkan satu sama lain dengan sebuah tirai.
Ketika rombongan terakhir telah meninggalkan tempat pengajaran, Yesus dan para murid mengikuti. Sumur pembaptisan adalah sumur ke dalam mana air dari cabang sungai Yordan mengalir. Kolam di sini, seperti di tempat-tempat lain, dikelilingi oleh sebuah kanal yang sangat lebar sebagai tempat jalan dua orang, dan dari sana lima saluran dihubungkan dengan kolam. Saluran-saluran ini dapat dibuka atau ditutup seturut keperluan, dan di masing-masing sisinya melintas sebuah jalan di atas kanal kecil itu. Di tengah kolam berdiri sebuah pancang yang, dengan sebuah kayu silang yang mencapai tepian kolam, dapat dibuat membuka dan menutup kolam.
Bendungan ini dengan kelima kanalnya tidak khusus dibuat untuk pembaptisan. Angka lima merupakan angka lazim di Palestina, dan kelima terowongan air ke Kolam Betsaida, ke sumber mataair Yohanes di gurun, ke sumur pembaptisan Yesus, tak diragukan lagi merujuk pada kelima Luka Suci, atau misteri lain dari agama.
Di sini Yesus menyampaikan pengajaran sebagai suatu persiapan langsung pembaptisan. Para calon baptis mengenakan mantol-mantol panjang yang mereka tanggalkan pada saat turun masuk ke dalam kanal, mengenakan hanya kain penutup pinggang dan skapulir kecil di dada. Air dari kolam dibiarkan masuk ke dalam kanal. Di jalan-jalan setapak di atasnya berdiri para pembaptis dan para wali. Air dicurahkan sebanyak tiga kali dari sebuah piringan cekung ke atas kepala calon, dalam nama Yehovah dan Dia yang Ia utus. Empat orang murid membaptis sekaligus, dua yang lain menumpangkan tangan sebagai wali baptis. Upacara ini, dan pengajaran Yesus sebagai persiapannya, berlangsung hingga sore hari. Banyak dari para calon baptis tidak diperkenankan menerimanya.
Fajar keesokan harinya, para murid berlayar ke Seleukia dan tempat yang ditunjuk dekat sana. Danau beberapa jauhnya dari Adama berbentuk seperti sebuah biola, menyempit hingga sekitar limabelas menit lebarnya. Seleukia, sebuah kota yang kurang penting, akan tetapi dibentengi dengan baik, dikelilingi dua tembok dan kubu yang membentengi. Di sisi utara khususnya, sangatlah curam hingga sepenuhnya tak dapat dilintasi; di bagian wilayah itu para tentara kafir tinggal. Kaum perempuan hidup sendiri dalam suatu wilayah kota yang terpisah dalam bangunan-bangunan yang berderet panjang, masing-masing menempati sebuah kamar pribadi. Segelintir orang Yahudi yang tinggal di sini sangat tertindas. Mereka tinggal dalam lubang-lubang kumuh pada tembok-tembok dan harus melakukan pekerjaan-pekerjaan yang paling rendah dan berat di kanal-kanal dan di rawa-rawa.
Aku tak melihat sinagoga di sini, melainkan hanya sebuah kuil bulat, yang berdiri di sebuah lingkaran pilar-pilar di atas mana terdapat figur-figur raksasa dalam sikap menopang bangunan itu. Di tengah terdapat sebuah kolom sangat besar, di mana terdapat anak-anak tangga yang menghantar ke bangunan besar. Di bawahnya terdapat kubah-kubah bawah tanah, di mana pasu-pasu berisi abu mereka yang meninggal disimpan. Dekatnya ada sebuah tempat yang tampak suram di mana mereka biasa membakar jenazah mereka yang sudah meninggal. Dalam kuil terdapat berhala-berhala ular dengan wajah manusia, figur-figur manusia dengan kepala anjing, dan satu berhala memegang bulan dan seekor ikan.
Tanah di sekeliling bagian ini tidak terlalu subur, meski penduduk luar biasa giat. Mereka membuat segala macam tali-temali untuk perlengkapan kuda, pula berbagai macam perisai, semua yang diperlukan bagi perlengkapan militer.
Para murid menjelajah Seleukia mengundang orang ke pengajaran dan bersantap dalam jamuan makan yang dipersiapkan di tempat yang ditunjuk. Sementara itu, Yesus pergi untuk tujuan yang sama melalui daerah-daerah kafir di Adama. Kemudian para murid pergi ke lapangan berumput di taman margasatwa, yang ditanami rumput nan indah dan dipenuhi bebungaan dan tanaman perdu, dan di sana, bersama para nelayan yang memelihara ikan mereka dalam sebuah waduk, mempersiapkan jamuan. Meja-mejanya dari balok-balok lebar sekitar dua kaki lebarnya, yang diangkat dari danau. Di belakang taman terdapat perapian-perapian di mana ikan-ikan dipanggang. Tampak sepertinya perjamuan sering diadakan di sini, sebab dalam gua-gua sekelilingnya disimpan sejumlah piring-piring batu ceper, yang tampak seolah terbentuk oleh alam, dan yang di atasnya sajian dihidangkan. Dalam perjamuan ini ada roti, ikan, sayur-mayur, dan buah-buahan.
Ketika semua telah siap dan sekitar seratus orang laki-laki kaum kafir berkumpul, Yesus datang dengan menyeberangi danau. Ia diikuti oleh sekitar duabelas orang Yahudi, Gubernur, dan beberapa orang kafir dari Adama. Yesus mengajar di atas sebuah bukit. Guburnur dan orang-orang Yahudi lainnya ambil bagian dalam pelaksanaan perjamuan dan melayani meja bersama para murid. Yesus mengajar mengenai komposisi ganda manusia, tubuh dan jiwa, dan mengenai makanan keduanya, tubuh dan jiwa. Orang banyak bebas untuk mendengarkan pengajaran-Nya atau menyantap perjamuan. Yesus mengijinkan itu untuk mencobai mereka. Sebagian langsung menuju meja dan yang lain segera mengikuti, sehingga sekitar sepertiga saja yang masih tinggal untuk mendengarkan. Yesus mengajar mengenai panggilan orang-orang kafir dan bercerita mengenai Tiga Raja, yang sejarahnya tak dikenal oleh orang-orang ini.
Ketika perjamuan dan pengajaran telah usai, Yesus pergi hingga sore bersama para murid dan orang-orang Yahudi ke Seleukia, satu setengah jam ke selatan dan beberapa jauhnya dari danau. Orang banyak telah kembali ke sana. Di sini Yesus dan rombongan disambut oleh orang-orang paling terhormat di kota, dan sebuah jamuan siang dihidangkan untuk menjamu mereka. Sesudah itu mereka dihantar masuk ke dalam kota dan Yesus menyapa dan mengajar kaum perempuan kafir, yang telah berkumpul di sebuah lapangan tak jauh dari pintu gerbang untuk menjumpai-Nya. Mereka mengenakan busana ala Yahudi, meski tidak begitu tertutup kerudung. Seperti kebanyakan orang dari wilayah ini, perawakan mereka tidak tinggi, namun kokoh dan kuat.
Yesus memasuki sebuah aula publik yang besar di mana sebuah perjamuan telah dipersiapkan demi menghormati-Nya. Ada banyak pesta berlangsung di wilayah-wilayah ini. Yesus, para murid, dan orang-orang Yahudi duduk di salah satu meja. Pada awalnya, kaum Yahudi tak bersedia ikut menyantap makanan. Akan tetapi Yesus mengatakan kepada mereka bahwa apa yang masuk ke dalam mulut tidak menajiskan orang, dan menambahkan bahwa mereka yang tak hendak makan bersama-Nya, tak akan mengikuti ajaran-Nya. Ia mengajar tanpa kenal lelah sepanjang perjamuan berlangsung.
Kaum kafir menggunakan meja-meja yang lebih tinggi dibandingkan meja-meja kaum Yahudi dan juga meja-meja tunggal yang kecil. Mereka duduk bersila di atas bantal-bantal, seperti orang-orang di tanah Tiga Raja. Sajian terdiri dari ikan, sayur-sayuran, madu, buah-buahan, juga daging yang dipanggang hingga kecoklatan.
Yesus begitu mengesankan mereka dengan ajaran-Nya hingga mereka sungguh sangat sedih ketika Ia harus pergi. Mereka memohonnya dengan sangat untuk tinggal bersama mereka hingga Ia mengijinkan Andreas dan Natanael untuk tinggal. Kaum kafir sangat ingin tahu ketika diajukan pertanyaan mengenai hal-hal yang baru. Hari telah gelap ketika Ia meninggalkan mereka.
Rumah-rumah di mana kaum perempuan tinggal menghadap ke sebuah jalanan yang lebar, kendati ujungnya dibangun pada tembok atau kubu benteng. Sebagian dari rumah-rumah itu sangat indah, dipisahkan dalam jarak-jarak tertentu dengan kebun-kebun dan lapangan-lapangan di mana kaum perempuan melakukan urusan rumah tangga dan mencuci. Yesus berbicara dengan mereka di tempat pertemuan mereka biasanya.
Di Seleukia Yesus juga berbicara mengenai baptis sebagai suatu pemurnian; dan ketika mereka bermaksud menahan-Nya lebih lama, Ia mengatakan bahwa mereka saat ini tak dapat mengerti lebih banyak.
Dari Seleukia Yesus kembali ke Adama. Di sinagoga sebuah pesta syukur tengah dirayakan oleh mereka yang baru dibaptis yang menempati tempat-temat terhormat dan memadahkan kidung-kidung pujian. Banyak mereka yang lain dibaptis ketika Andreas dan Natanael kembali dari Seleukia. Kaum Yahudi yang bertobat tiada menunjukkan yang lain selain dari kerendahan hati dan kerinduan untuk melayani Yesus, bersukacita bertindak sebagai pembantu dan utusan di segala kesempatan.
Sejumlah besar orang sakit tak dapat menghadiri pengajaran dan baptisan Yesus, karenanya, bersama Saturnin dan seorang murid lain, Ia pergi mengunjungi mereka di rumah-rumah mereka. Para murid yang lain berangkat menuju kota-kota Azor, Cades, Berota, dan Tisbe, semuanya sekitar dua hingga tiga jam sebelah utara Adama, guna mengundang penduduk ke pengajaran yang hendak disampaikan Yesus di sebuah bukit yang menanjak halus di jalan dari Cades ke Berota. Di atas gunung itu, yang diselimuti tumbuh-tumbuhan, di sebuah lapangan terbuka yang dikelilingi sebuah tembok, berdiri sebuah kursi yang telah dipergunakan dari masa silam untuk mengajar. Di beberapa tempat para murid pergi ke pembesar-pembesar kota dan meminta mereka untuk mengundang orang banyak ke pengajaran yang hendak disampaikan oleh Nabi dari Galilea di gunung pada hari sesudah Sabat, sementara yang lain, mereka sendiri pergi ke rumah-rumah dan mengundang penghuninya datang ke pengajaran.
Sementara itu, Yesus berkeliling Adama di antara mereka yang kaya dan yang miskin, kaum Yahudi dan kaum kafir, menyembuhkan mereka yang sakit gembur-gembur, yang lumpuh, yang buta, dan mereka yang terjangkit sakit pendaharaan. Aku khususnya terkejut melihat sepuluh orang yang kerasukan, laki-laki dan perempuan, semuanya kaum Yahudi tulen. Aku tidak pernah melihat begitu banyak orang kerasukan di antara kaum kafir. Sebagian dari sepuluh orang ini berasal dari keluarga-keluarga terpandang. Mereka dikurung dalam kamar-kamar berjeruji di rumah-rumah mereka sendiri, entah dalam rumah atau halaman. Sementara Yesus datang menghampiri mereka, mereka mulai berteriak-teriak dan marah dalam cara yang menakutkan, tetapi sementara Ia semakin dekat, mereka menjadi tenang dan melihat kepada-Nya dengan bingung. Aku melihat-Nya, dengan tatapan-Nya saja, mengusir semua roh-roh jahat dari mereka. Roh-roh jahat itu meninggalkan mereka dalam rupa yang kelihatan, suatu kabut yang sesudahnya mengambil rupa bayangan suatu sosok manusia yang mengerikan, dan lalu lenyap. Mereka yang hadir takjub akan apa yang mereka lihat; mereka yang tadinya kerasukan menjadi pucat dan jatuh tak sadarkan diri. Yesus menyampaikan beberapa patah kata kepada mereka, memegang tangan mereka, dan memerintahkan mereka untuk berdiri. Lalu, seolah bangun dari mimpi, mereka jatuh berlutut menyampaikan terima kasih, dan bangkit berdiri sebagai orang-orang yang berbeda. Yesus lalu menegur mereka dan menyebutkan kesalahan-kesalahan yang perlu mereka perbaiki.
Ketika para murid kembali ke Adama, mereka bersantap bersama Yesus di rumah pembesar kota. Mereka telah membeli ikan dan roti di tempat-tempat yang mereka kunjungi dan meminta makanan dihantarkan ke gunung pengajaran. Makanan itu diperuntukkan bagi para hadirin. Yesus menerima hadiah-hadiah dari banyak orang dan dari berbagai tempat. Aku melihat batangan-batangan kecil emas yang kelihatan seperti ranting-ranting. Pemberian-pemberian ini dipergunakan untuk membeli makanan bagi orang banyak. Yesus tidak membatalkan puasa-Nya sejak makanan terakhir yang disantap di Seleukia.
Pada hari Sabat, Ia mengajar di sinagoga di Adama. Di sini ada juga sebuah kelompok yang dibentuk untuk menentang Yesus. Mereka mengutus dua orang Farisi ke tempat di mana Yohanes mengajar untuk mendengarkan apa yang dikatakan Yohanes mengenai Yesus, dan dari sana mereka ke Betabara dan Kapernaum guna menginformasikan kepada sebagian dari orang-orang mereka bahwa Yesus sekarang berkeliling di tengah-tengah mereka membaptis dan mengambil murid-murid. Ketika utusan-utusan ini kembali, mereka berbicara melawan Yesus dan menyebarluaskan fitnah yang telah mereka dengar, akan tetapi upaya mereka tidak berhasil menambah jumlah pengikut kelompok mereka sendiri.
Suatu ketika pembesar-pembesar kota Adama menginterogasi Yesus mengenai pendapat-Nya tentang kaum Esseni. Mereka hendak mencobai-Nya, sebab mereka berpura-pura memperhatikan sikap-Nya yang memiliki kesamaan dengan mereka yang dari sekte tersebut, dan juga karena Yakobus Muda, kerabat-Nya dan yang pada waktu itu bersama-Nya, adalah seorang Esseni. Mereka mengajukan berbagai macam dakwaan terhadap kaum Esseni, mengutuk terutama hidup mereka yang terasing dan selibat mereka. Yesus menjawab dengan perkataan-perkataan yang sangat umum: orang tidak dapat, kata-Nya, menemukan suatu pun untuk mencela orang-orang ini; apabila mereka terpanggil untuk hidup secara demikian, mereka patut mendapat pujian. Tiap-tiap orang memiliki panggilannya sendiri; andai seorang timpang ingin berjalan tegak, ia pasti akan sulit berhasil. Ketika pembesar kota menyatakan keberatan bahwa sedikit saja keluarga dibesarkan oleh mereka, Yesus menyebutkan banyak keluarga Esseni terpandang dan berbicara mengenai anak-anak mereka yang terdidik baik. Ia menyinggung status perkawinan, pertama yang baik, dan lalu yang jelek. Ia tidak termasuk dalam kaum Esseni, pun Ia tidak mencela mereka. Orang-orang tidak memahami-Nya, meski mereka melihat bahwa Ia memiliki hubungan keluarga di kalangan kaum Esseni dan memelihara hubungan dengan mereka.
sumber : “The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich”; diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net
|
|