Bab 12
![]() Yesus di Sumur Yakub Dekat Sikhar.
Dina, Perempuan Samaria
![]() Keesokan harinya Yesus menyeberangi sungai kecil dan, dengan meninggalkan Bukit Gerizim di sebelah kanan, melangkah menuju Sikhar. Andreas, Yakobus Tua, dan Saturnin menyertai-Nya, sementara yang lain menyebar ke berbagai penjuru. Yesus pergi menuju Sumur Yakub yang terletak di sebuah bukit kecil di wilayah peninggalan Yusuf sebelah utara Bukit Gerizim dan selatan Bukit Ebal. Sikhar terbentang sekitar seperempat jam ke arah barat di sebuah lembah yang terhampar sepanjang sisi barat kota sekitar satu jam jauhnya. Sekitar dua jam sebelah utara Sikhar berdiri kota Samaria di atas sebuah gunung.
Beberapa jalanan dengan bekas jejak-jejak yang dalam melintas dari berbagai arah berbeda sekeliling bukit kecil itu dan naik ke bangunan-bangunan segi delapan yang mengitari Sumur Yakub, yang dikelilingi oleh pepohonan dan tempat-tempat duduk berumput hijau. Rumah air dilingkupi oleh sebuah serambi terbuka dengan bangunan melengkung di atasnya yang dapat menampung sekitar duapuluh orang berdiri di bawahnya. Tepat di seberang jalan yang terbentang dari Sikhar dan di bawah atap melengkung, terdapat sebuah pintu, lazimnya dibiarkan tertutup, yang terbuka ke sumur. Ada sebuah lubang di atas penutup sumber air yang dapat ditutup seturut kebutuhan. Bagian dalam rumah air ini cukup lapang. Sumurnya dalam dan dikelilingi oleh pinggiran batu yang cukup tinggi untuk dijadikan tempat duduk. Di antara sumur dan tembok-tembok, orang dapat berjalan keliling dengan bebas. Sumur bertutup kayu, yang apabila dibuka menampakkan sebuah silinder besar tepat di seberang pintu masuk dan terletak melintang di atas sumur. Di atas silinder tergantung timba yang dilepaskan dengan menggunakan sebuah kerekan. Di seberang pintu terdapat sebuah pompa untuk menaikkan air ke atas dinding sumur, dari mana air mengalir ke timur, selatan, dan barat di bawah bangunan-bangunan melengkung sekitarnya masuk ke dalam tiga kolam kecil yang digali di tanah. Ketiga kolam ini diperuntukkan bagi para pengelana untuk membasuh diri dan mencuci kaki mereka, juga untuk memberi minum hewan-hewan beban.
Menjelang tengah hari ketika Yesus dan ketiga murid tiba di bukit, Yesus menyuruh mereka meneruskan perjalanan ke Sikhar untuk membeli makanan, sebab Ia merasa lapar, sementara Ia Sendiri mendaki bukit seorang diri menanti mereka. Hari panas terik, dan Yesus amat letih dan haus. Ia duduk tak jauh dari sumur di sisi jalan yang melintas dari Sikhar. Dengan mengistirahatkan kepala-Nya di atas tangan, Ia tampak sabar menanti seseorang datang membuka sumur dan memberi-Nya minum. Dan sekarang aku melihat seorang perempuan Samaria berumur sekitar tigapuluh tahun, dengan sebuah botol kulit tergantung di lengannya, datang mendaki bukit dari Sikhar untuk menimba air. Ia seorang yang cantik parasnya, dan aku memperhatikan betapa gesit dan energik, dan betapa dengan langkah-langkah lebar ia mendaki bukit. Busananya tampak anggun, dan ada suatu kesan bahwa ia bukan orang sembarangan. Gaunnya bergaris biru dan merah bersulam bunga-bunga kuning besar; lengan di atas dan di bawah siku diikat dengan gelang-gelang kuning, dan dikerut di pergelangan. Ia mengenakan penutup dada berwarna putih yang dihiasi dengan tali-temali berwarna kuning. Lehernya sama sekali tersembunyi di bawah sebuah kerah wol kuning yang dibalutkan rapat dengan benang-benang mutiara dan kerang. Kerudungnya, yang sangat indah dan panjang, ditenun dari material wol yang baik mutunya. Kerudung itu terjuntai di punggungnya, tetapi dengan seutas tali dapat ditarik menjadi satu dan diikatkan sekeliling pinggang. Apabila dikenakan demikian, kerudung akan membentuk sebuah ujung di belakang dan di masing-masing sisi lipatan di mana siku dapat beristirahat dengan nyaman. Apabila kedua sisi kerudung diikatkan di dada, seluruh bagian atas tubuhnya terbalut seolah dalam sebuah mantol. Kepalanya dibalut dengan pita-pita sekeliling kepala yang sepenuhnya menutupi rambutnya. Dari hiasan kepalanya berdiri di atas kening sesuatu seperti sebuah menara atau mahkota kecil. Terselip di belakangnya bagian depan kerudung yang apabila dibiarkan menutupi wajah, terjuntai hingga ke dada.
Ia mengenakan sebuah celemek besar kecoklatan dengan saku-saku terbuka, yang disampirkan ke lengan kanannya, sehingga botol kulit yang tergantung di lengan itu tertutup sebagian. Celemek ini serupa dengan yang biasa dkenakan untuk pekerjaan demikian seperti menimba air misalnya. Celemek melindungi pakaian dari timba dan botol air.
Botol terbuat dari kulit dan tampak seperti sebuah kantong tak berjahit. Botol itu cembung pada kedua sisinya, seolah dilapisi dengan suatu permukaan kayu yang keras dan melengkung; akan tetapi kedua sisinya yang lain, apabila botol kosong, terlipat jadi satu seperti sebuah buku saku. Pada kedua sisinya yang kaku terdapat pegangan yang dibalut kulit di mana ditautkan sebuah tali kulit yang dipergunakan untuk membawa botol di lengan. Mulut botolnya sempit. Botol dapat dibuka seperti sebuah corong untuk menerima isi dan ditutup kembali. Apabila kosong, botol menempel datar pada sisinya, tetapi apabila terisi, ia dapat menggembung sebesar timba air biasa.
Dalam gambaran ini aku melihat si perempuan dengan lincah mendaki bukit untuk menimba air dari sumur Yakub; air bagi dirinya sendiri dan bagi yang lain. Aku langsung menyukainya. Ia begitu baik, begitu terus terang, begitu terbuka hatinya. Namanya Dina (dalam Martirologi Romawi, ia disebut Photina); anak dari sebuah perkawinan campur dan termasuk dalam suku Samaria. Ia tinggal di Sikhar, tetapi Sikhar bukanlah kota kelahirannya. Jati dirinya yang sebenarnya tak diketahui penduduk lain, di mana ia mempergunakan nama Salome. Keduanya, ia dan suaminya, sangat disukai oleh karena perilaku mereka yang terbuka, ramah dan suka menolong.
Jalanan berkelok-kelok yang ditempuhnya ketika mendaki bukit menghalangi Dina melihat Tuhan hingga ia sudah berdiri di hadapan-Nya. Sungguh sesuatu yang mengagetkan melihat Ia duduk di sana kehausan dan sendirian di jalan menuju Sumur Yakub. Yesus mengenakan jubah putih panjang dari bahan wol yang baik, serupa alba, yang dikencangkan dengan sebuah ikat pinggang lebar. Pakaian-Nya serupa dengan yang dikenakan para nabi dan yang biasa dibawakan para murid untuk-Nya. Ia mengenakannya hanya pada kesempatan-kesempatan khusus apabila Ia menyamaikan khotbah, atau menggenapi suatu nubuat.
Dina yang sekonyong-konyong tiba di hadapan Yesus terperangah. Ia mengenakan kerudungnya dan ragu melangkah maju, sebab Tuhan duduk sepenuhnya menghalangi jalan. Aku melihat terlintas di benaknya pemikiran yang lazim: "Seorang laki-laki! Apakah gerangan yang Ia lakukan di sini? Apakah ini suatu godaan?" Ia melihat bahwa Yesus adalah seorang Yahudi, sementara itu dengan raut wajah ramah, Yesus menarik kaki-Nya, sebab jalanan itu sempit, seraya mengatakan: "Lewatlah, dan berilah Aku minum!"
Perkataan ini menyentuh hati si perempuan, sebab orang Yahudi dan orang Samaria biasa hanya saling bertukar pandang tidak suka satu sama lain, dan jadi ia yang masih tetap berada di tempatnya, berkata: "Mengapakah Engkau di sini seorang diri pada jam seperti ini? Apabila ada orang yang secara kebetulan melihatku di sini bersama-Mu, ia akan gempar." Yesus menjawab bahwa teman-teman-Nya sedang pergi ke kota untuk membeli makanan. Dina mengatakan: "Benar! Apakah ketiga laki-laki yang aku jumpai tadi? Tetapi tak akan banyak yang mereka dapati pada jam sekarang ini. Apa yang dipersiapkan orang-orang Sikhem hari ini mereka butuhkan bagi diri mereka sendiri." Ia berbicara seolah entah ada suatu perayaan atau puasa pada hari itu di Sikhar, dan ia menyebutkan nama suatu tempat lain ke mana seharusnya mereka pergi mencari makanan.
Akan tetapi sekali lagi Yesus mengatakan: "Lewatlah, dan berilah Aku minum!" Lalu Dina melewati-Nya. Yesus bangkit dan mengikutinya ke sumur, yang dibukanya. Sementara pergi ke sana, ia mengatakan: "Bagaimana dapat Engkau, seorang Yahudi, meminta minum dari seorang Samaria?" Dan Yesus menjawab; "Jika engkau sungguh tahu karunia Allah dan siapa Dia yang mengatakan kepadamu: 'Berilah Aku minum', engkau mungkin sudah meminta kepada-Nya dan Ia akan memberikan kepadamu air hidup."
Kemudian Dina membuka penutup sumur dan menurunkan timba seraya mengatakan kepada Yesus yang duduk di pinggiran sumur: "Tuan, Engkau tak punya apa-apa untuk menimba, dan sumur ini dalam. Jadi, darimanakah Engkau memiliki air hidup? Adakah Engkau lebih besar dari bapa kami Yakub yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang ia sendiri dan anak-anaknya dan segala ternaknya minum daripadanya?" Sementara ia mengucapkan kata-kata ini, aku mendapat penglihatan mengenai Yakub menggali sumur dan airnya membual keluar. Perempuan ini memahami perkataan Yesus sehubungan dengan air dari sumur ini dan, sementara berbicara, ia menempatkan timba pada silinder, yang berputar berat, menurunkannya dan menariknya kembali. Ia menyingsingkan lengan-lengan bajunya dengan gelang-gelang hingga menggembung tinggi di atas siku, dan dengan cara ini, dengan lengan-lengan telanjang, ia mengisi botol kulitnya dari timba. Lalu, ia mengambil sebuah bejana kecil terbuat dari kulit kayu dan berbentuk seperti sebuah tanduk, mengisinya dengan air dan memberikannya kepada Yesus, yang duduk di pinggiran sumur; Ia meminumnya dan mengatakan kepadanya: "Barangisiapa minum air ini, akan haus lagi, akan tetapi ia yang minum air yang Aku berikan, tidak akan haus untuk selamanya. Ya, air yang Aku berikan kepadanya akan menjadi dalam dirinya sebuah mata air yang memancar hingga ke kehiduan kekal."
Dina menjawab antusias: "Tuan, berilah aku air hidup itu supaya aku tidak haus lagi dan tidak harus datang bersusah-payah untuk menimba." Ia tersentuh dengan perkataan-Nya "air hidup" dan mempunyai firasat, meski tanpa sepenuhnya sadar mengenainya, bahwa yang dimaksud Yesus dengan "air hidup" adalah kegenapan Janji. Dan jadi di bawah ilham nubuat ini ia memanjatkan doa dari dalam lubuk hatinya untuk air hidup itu. Aku selalu merasa dan paham bahwa orang-orang dengan siapa Penebus berhubungan janganlah dipandang sebagai seorang individu belaka. Mereka secara sempurna mewakili keseluruhan suatu ras bangsa dan mereka melakukannya, sebab mereka termasuk dalam kegenapan waktu. Dan begitu pula dalam diri Dina si Samaria, berdiri di sana di hadapan Penebus keseluruhan suku bangsa Samaria, yang telah begitu lama terpisah dari iman Israel yang benar, dari sumber air hidup.
Yesus di Sumur Yakub haus akan jiwa-jiwa terpilih dari Samaria, untuk menyegarkan mereka kembali dengan air hidup dari mana mereka sendiri telah memisahkan diri. Bahwa bagi bagian dari bangsa pemberontak ini masih terbuka keselamatan, bahwa di sini haus akan air hidup ini, dalam suatu cara tertentu, mereka mengulurkan tangan terbuka untuk menerimanya. Samaria berbicara melalui Dina: "Berilah aku, ya Tuhan, Berkat dari Janji itu! Tolonglah aku mendapatkan air hidup dari mana aku dapat beroleh terlebih banyak penghiburan dibandingkan dari Sumur Yakub yang fana ini, satu-satunya dengan mana kami masih berkomunikasi dengan bangsa Yahudi."
Ketika Dina berkata demikian, Yesus berkata kepadanya: "Pulanglah, panggil suamimu, dan kembalilah ke sini!" dan aku mendengar-Nya menyampaikan perintah ini dua kali, sebab bukan untuk mengajar dia seorang Ia datang. Dalam perintah ini sang Penebus mengatakan kepada seluruh bangsa: "Samaria, panggilah ke sini dia yang empumu, dia yang dengan suatu perjanjian kudus secara sah terikat kepadamu." Dina menjawab kepada Tuhan: "Aku tidak bersuami!"
Samaria mengaku kepada sang Mempelai jiwa bahwa ia tidak punya ikatan, bahwa ia bukan milik siapa-siapa. Yesus menjawab: "Yang engkau katakan benar, sebab engkau telah mempunyai lima orang suami, dan dia dengan siapa engkau sekarang tinggal bukanlah suamimu. Engkau telah berkata benar." Dalam kata-kata ini Messias mengatakan kepada bangsanya: "Samaria, engkau berkata benar. Engkau telah dikawinkan dengan berhala-berhala dari lima bangsa berbeda, dan persatuanmu sekarang dengan Allah bukanlah ikatan perkawinan." * Di sini Dina mengarahkan matanya ke bawah dan menundukkan kepalanya: "Tuan, aku tahu bahwa Engkau adalah seorang Nabi," dan ia menutup wajahnya dengan kerudung. Bangsa Samaria mengenali misi ilahi Tuhan, dan mengakui kesalahannya.
Seolah Dina memahami makna nubuat dari perkataan Yesus: "dan dia dengan siapa engkau sekarang tinggal bukanlah suamimu," yakni, hubunganmu sesungguhnya dengan Allah yang benar adalah tidak sempurna dan tidak sah, agama Samaria oleh dosa dan kehendak sendiri telah terpisah dari perjanjian Allah dengan Yakub; seolah Dina merasakan makna mendalam dari perkataan ini, ia menunjuk ke selatan, ke bait yang tak jauh di Bukit Gerizim, dan bertanya: "Leluhur kami menyembah di gunung itu, dan Engkau katakan bahwa Yerusalem adalah tempat di mana orang harus menyembah?" Yesus menjawab dengan perkataan: "Perempuan! Percayalah kepada-Ku, saatnya telah tiba ketika bukan di Gerizim ataupun di Yerusalem engkau menyembah Bapa." Dalam jawaban ini yang Ia maksudkan adalah: "Samaria, saatnya telah tiba ketika Allah akan disembah bukan di sini ataupun di sanctuarium Bait Allah, sebab Ia berjalan di tengah-tengah kalian," dan Ia melanjutkan: "Engkau menyembah apa yang tidak kau kenal, tetapi kami menyembah yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi." Di sini Ia menceritakan kepadanya sebuah persamaan dengan benalu liar yang mandul, yang tumbuh menjadi batang dan dedaunan, namun tak menghasilkan buah. Seolah Ia mengatakan kepada bangsanya: "Samaria, engkau tiada memiliki jaminan dalam penyembahanmu. Engkau tak memiliki persatuan, tak ada sakramen, tak ada janji persatuan, tak ada Tabut Perjanjian, tak ada buah. Kaum Yahudi, dari siapa Messias akan dilahirkan, memiliki semua ini, Janji, dan kegenapannya."
Dan lagi Yesus mengatakan: "Akan tetapi saatnya telah tiba dan sekarang adalah saat ketika para penyembah sejati akan menyembah Bapa dalam roh dan dalam kebenaran, sebab Bapa menghendaki yang demikian untuk menyembah-Nya. Allah adalah roh, dan mereka yang menyembah-Nya haruslah menyembah-Nya dalam roh, dan dalam kebenaran." Dengan perkataan ini yang dimaksudkan sang Penebus adalah: "Samaria saatnya telah tiba, ya, sekarang ini, ketika Bapa oleh para penyembah sejati akan disembah dalam Roh Kudus dan dalam Putra, yang adalah Jalan dan Kebenaran." Dina menjawab: "Aku tahu bahwa Messias akan datang. Apabila Ia datang, Ia akan mengajarkan kepada kami segala hal." Dengan perkataan ini, di sini, di Sumur Yakub, berbicara atas nama bagian dari bangsa Samaria, yang dapat secara sah menuntut Janji: "Aku berharap, aku percaya akan kedatangan Messias. Ia akan menolong kami." Yesus menjawab, "Aku adalah Dia, Aku yang sekarang berbicara kepadamu!"
Dengan ini Ia mengatakan kepada segenap bangsa Samaria yang akan bertobat: "Samaria! Aku datang ke Sumur Yakub, haus akan engkau, engkau adalah air dari sumur ini. Dan apabila engkau sungguh memberi-Ku minum, Aku menjanjikan kepadamu air hidup yang tak akan membuatmu haus lagi. Dan engkau sungguh, dengan harapan dan kepercayaan, menyatakan kepada-Ku kerinduanmu akan air ini. Lihatlah, Aku mengganjarimu, sebab engkau telah melegakan dahaga-Ku akan engkau dengan kerinduanmu akan Aku! Samaria, Aku adalah Sumber air hidup. Aku yang sekarang berbicara kepadamu, adalah Messias."
Saat Yesus memaklumkan perkataan: "Aku adalah Messias," Dina, gemetar karena sukacita yang kudus, menatap-Nya dengan takjub. Tetapi, sekonyong-konyong tersadar, ia berbalik dan, meninggalkan botol airnya tergeletak dan sumur terbuka, ia berlari menuruni bukit menuju Sikhar, untuk mengatakan kepada suaminya dan semua orang yang ia jumpai apa yang telah terjadi padanya. Merupakan suatu larangan keras meninggalkan Sumur Yakub dalam keadaan terbuka, tetapi apa peduli Dina sekarang pada Sumur Yakub! Apa pedulinya ia pada timba air duniawi! Ia telah menerima air hidup, dan hatinya yang penuh kasih dan sukacita, sekarang rindu untuk mencurahkan aliran-alirannya yang menyegarkan kepada segenap sesamanya. Sementara ia bergegas keluar dari rumah air, ia berlari melewati ketiga murid yang telah datang dengan membawa makanan dan yang telah berdiri beberapa waktu lamanya dekat pintu, terheran-heran apakah kiranya yang dipercakapkan Guru mereka begitu lama dengan seorang perempuan Samaria. Akan tetapi demi hormat kepada-Nya, mereka tak hendak bertanya. Dina berlari menuju Sikhar dan dengan penuh semangat mengatakan kepada suaminya dan kepada orang-orang lain yang ia jumpai di jalan: "Mari ke Sumur Yakub! Di sana engkau akan menjumpai seorang lelaki yang telah mengatakan kepadaku segala rahasia hidupku. Mari, Ia sungguh adalah Kristus!"
Sementara itu ketiga murid menghampiri Yesus, yang masih tinggal di pinggir sumur, dan menawarkan kepada-Nya beberapa ketul roti dan madu dari keranjang mereka dengan mengatakan: "Guru, makanlah!" Yesus bangkit dan meninggalkan sumur dengan mengatakan: "Ada padaku makanan yang tidak kalian ketahui."Para murid bertanya satu sama lain: "Adakah seseorang datang membawakan makanan untuk-Nya?" dan mereka berpikir dalam hati: "Apakah perempuan Samaria itu memberi-Nya makanan?" Yesus tak hendak berhenti untuk makan, melainkan mulai menuruni bukit menuju Sikhar. Para murid mengikuti sambil menyantap makanan. Yesus mengatakan kepada mereka sementara Ia berjalan di depan: "Makanan-Ku adalah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku, agar Aku menyempurnakan karya-Nya." Dengan itu Ia maksudkan, untuk mempertobatkan orang-orang Sikhar, yang keselamatannya adalah pemuas lapar jiwa-Nya. Ia berbicara lebih lanjut mengenai topik yang sama itu.
Ketika dekat kota, Dina si Samaria tampak bergegas kembali untuk menjumpai Yesus. Ia menggabungkan diri dengan-Nya penuh hormat, namun penuh sukacita dan kejujuran hati, dan Yesus menyamaikan banyak nasehat kepadanya, terkadang dengan berdiri di satu tempat dan terkadang sambil berjalan perlahan. Ia membentangkan di hadapannya semua kisah masa lalunya dengan segala disposisi batinnya. Dina amat tersentuh hatinya dan berjanji bahwa baik ia maupun suaminya akan meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti-Nya. Yesus menunjukkan kepadanya banyak cara dengan mana ia dapat melakukan silih bagi dosa-dosanya dan memperbaiki hidup skandalnya.
Dina adalah seorang perempuan yang sangat cerdas, keturunan dari sebuah perkawinan campur, seorang ibu Yahudi dengan seorang ayah kafir, dilahirkan di suatu wilayah dekat Damaskus. Ia telah kehilangan kedua orangtuanya semasa masih sangat belia, dan diasuh oleh seorang inang amoral dari mana hasrat jahatnya berasal. Ia mempunyai lima orang suami, satu sesudah yang lain. Sebagian dari mereka meninggal karena merana, sebagian yang lain dibunuh oleh para kekasih barunya. Dina mempunyai tiga orang puteri dan dua orang putera yang beranjak dewasa, mereka semua tinggal bersama sanak dari ayah-ayah mereka ketika ibu mereka harus meninggalkan Damaskus.
Putera-putera Dina di kemudian hari menggabungkan diri dengan ketujuhpuluh dua murid. Lelaki dengan siapa ia sekarang hidup adalah sanak dari salah seorang suaminya yang terdahulu. Ia adalah seorang pedagang kaya. Sebab Dina menganut agama Samaria, ia telah membujuk lelaki itu untuk pindah ke Sikhar, di mana ia mengurus rumah tangganya dan hidup bersamanya, meski tanpa menikah denganya. Mereka dipandang sebagai pasangan yang menikah di Sikhar. Suaminya adalah seorang yang penuh semangat sekitar tigapuluh enam tahun dengan wajah kemerahan dan jenggot kemerahan. Ada banyak hal dalam kehidupan Dina yang mirip dengan Magdalena, akan tetapi Dina terperosok lebih dalam dibandingkan Magdalena. Meski demikian aku pernah melihat di awal kehidupan jahat Magdalena di Magdalum, salah seorang kekasihnya kehilangan nyawa di tangan seorang pesaing. Dina luar biasa berbakat, jujur, mudah dipengaruhi, seorang perempuan menyenangkan, penuh semangat dan bertindak seturut kata hati, akan tetapi ia selalu terganggu batinnya. Sekarang ia hidup dengan lebih terhormat yakni dengan suaminya yang bereputasi baik, dalam sebuah rumah yang berdiri sendiri dan dikelilingi oleh sebuah parit, dekat gerbang yang melintas dari Sikhar ke rumah air. Meski tak dibenci oleh penduduk, mereka tidak banyak berhubungan dengannya. Perilakunya berbeda dari mereka, pakaiannya indah dan anggun, akan tetapi yang semuanya itu mereka maklumi sebab ia adalah seorang asing.
Sementara Yesus berbicara dengan Dina, para murid mengikuti beberapa jaraknya, bertanya-tanya apakah kiranya yang Ia percakapkan dengan perempuan itu. "Kita membawakan-Nya makanan, dan itu dengan bersusah-payah. Mengapakah sekarang Ia tak hendak makan?"
Ketika dekat Sikhar, Dina meningalkan Tuhan dan bergegas menjumpai suaminya dan banyak warga lainnya, yang datang membanjiri rumah mereka, semua ingin melihat Yesus. Penuh sukacita mereka bersorak-sorai dan berteriak menyambut-Nya. Yesus berdiri tenang dan memberi isyarat dengan tangan-Nya untuk tenang, dan Ia berbicara penuh kasih kepada mereka beberapa waktu lamanya, di antaranya mengatakan kepada mereka untuk mempercayai semua yang dikatakan perempuan itu kepada mereka. Yesus sungguh luar biasa ramah dalam perkataannya, tatapan-Nya begitu bersinar dan menembusi mereka sehingga segenap hati berdegup lebih kencang, semuanya terpikat pada-Nya, dan mereka serta-merta dalam memohon kepada-Nya untuk masuk dan mengajar di kota mereka. Ia berjanji bahwa Ia akan melakukannya, tetapi untuk saat ini Ia harus pergi. Peristiwa ini terjadi antara pukul tiga dan empat sore.
Ketika Yesus berbicara kepada orang-orang Samaria di luar gerbang, semua murid yang lain, di antaranya Petrus, yang di pagi hari telah pergi dalam perutusan ke suatu jurusan yang berbeda, kembali kepada Guru mereka. Mereka terperanjat dan tak seorang pun senang melihat-Nya berbicara begitu panjang lebar dengan orang-orang Samaria. Mereka merasa agak malu, sebab mereka dibesarkan dengan gagasan untuk tidak berkomunikasi dengan orang-orang ini, karenanya mereka belum pernah melihat sesuatu yang seperti ini. Mereka tergoda untuk menganggapnya sebagai skandal. Mereka merenungkan kerja keras kemarin dan hari sebelumnya, akan segala cemooh dan hinaan, akan segala perlakuan buruk yang mereka tanggung. Mereka mengharapkan masa yang lebih enak, sebab para perempuan dari Betania sudah memberikan begitu banyak uang untuk tujuan itu. Sekarang melihat hubungan dengan orang-orang Samaria ini, mereka berpikir dalam hati bahwa sudah pasti tak mengherankan jika segala sesuatu terjadi seperti ini maka mereka tidak diterima dengan lebih baik. Kepala mereka senantiasa penuh dengan kemegahan, angan-angan duniawi akan Kerajaan yang akan didirikan Yesus, dan mereka berpikir andai semua ini tersiar di Galilea, mereka pastilah akan dicemooh.
Di Samaria Petrus berbicara panjang lebar dengan pemuda itu yang ingin menggabungkan diri dengan para murid, tetapi yang masih bimbang. Sesudahnya ia membicarakan hal itu kepada Yesus.
Yesus pergi bersama mereka semua sekitar setengah jam menjelajah kota ke arah utara, dan di sana beristirahat di bawah pepohonan. Dalam perjalanan ke sana Tuhan berbicara kepada mereka mengenai panenan, subyek yang sekarang dilanjutkan-Nya. Kata-Nya, 'Ada pepatah yang sering diucapkan, 'masih empat bulan lagi sebelum panen tiba.' Pemalas selalu ingin menunda-nunda pekerjaan, akan tetapi mereka harus memandang sekeliling dan melihat bahwa ladang-ladang sudah menguning siap dipanen." Yang Yesus maksudkan adalah kaum Samaria dan mereka yang lain yang telah masak untuk bertobat. "Kalian, para murid, dipanggil untuk panenan, meski kalian tidak menabur. Yang lain telah menabur, yakni para Nabi dan Yohanes dan Aku Sendiri. Ia yang menuai, menerima upah dan mengumpulkan buah untuk kehidupan kekal, bahwa baik keduanya, ia yang menabur dan ia yang menuai dapat bersukacita bersama. Sebab dalam hal inilah pepatah itu benar, bahwa yang satu menabur dan yang lain menuai. Aku mengutus kalian untuk menuai apa yang tidak kalian kerjakan. Yang lain telah bekerja dan kalian masuk ke dalam pekerjaan mereka." Dengan cara ini Yesus berbicara kepada para murid guna menyemangati mereka dalam pekerjaan. Mereka beristirahat hanya sejenak saja dan lalu berpisah; Andreas, Filipus, Saturnin, dan Yohanes tinggal bersama Yesus, sementara yang lain melanjutkan perjalanan ke Galilea melalui antara Tebes dan Samaria.
Yesus, dengan meninggalkan Sikhar di kanan, berjalan sekitar satu jam ke arah selatan ke sebuah pertanian yang di sekelilingnya terserak duapuluh gubuk dan kemah gembala. Di salah satu gubuk besar, Santa Perawan dan Maria Kleopas, isteri Yakobus Tua, dan dua janda telah menanti-Nya. Mereka telah berada di sana sepanjang hari, membawa bersama mereka makanan dan botol-botol kecil berisi air balsam. Mereka sekarang mempersiapkan makanan. Ketika bertemu BundaNya, Yesus merentangkan kedua belah tangan-Nya sementara BundaNya menyandarkan kepala kepada-Nya. Para perempuan memberi salam dengan menundukkan kepala dan menyilangkan tangan di dada. Ada sebatang pohon di depan rumah, dan di bawah sana mereka bersantap.
Di antara para gembala yang tinggal di sekitar wilayah ini, terdapat para orangtua dari para pemuda yang oleh Yesus, setelah membangkitkan Lazarus, diajak bersama-Nya dalam perjalanan ke Arabia dan Mesir. Orang-orang ini datang ke Betlehem dalam rombongan Tiga Raja, dan karena kepergian mendadak Tiga Raja, tertinggal di daerah ini; mereka menikah dengan para gadis dari keluarga gembala di lembah dekat Betlehem. Pemukiman para gembala sebagaimana baru saja disebutkan biasa dijumpai di lembah-lembah yang berlekak-lekuk antara tempat ini dan Betlehem. Orang-orang yang tinggal di sini bercocok tanam juga di ladang peninggalan Yusuf yang mereka sewa dari kaum Sikhem. Ada banyak mereka yang berkumpul di sini, akan tetapi tak ada orang Samaria.
Peristiwa pertama yang patut dicatat yang terjadi di sini adalah Santa Perawan memohon kepada Yesus untuk menyembuhkan seorang bocah laki-laki yang lumpuh, yang dibawa oleh para gembala tetangga ke sana. Sebelumnya mereka telah memohon perantaraan Maria. Hal-hal yang demikian kerap terjadi, dan sungguh menyentuh hati melihat Maria memohonkannya kepada Yesus. Yesus memerintahkan agar anak itu dihantarkan, dan orangtuanya mengusungnya di atas sebuah tandu kecil ke pintu rumah di mana Yesus berada. Anak itu sekitar sembilan tahun umurnya. Yesus menyampaikan kata-kata nasehat kepada orangtuanya dan, sementara mereka mundur ke belakang, dengan agak malu-malu menantikan hasilnya para murid berkerumun sekeliling Yesus. Ia berbicara kepada anak itu, mencondongkan badan sedikit ke arahnya, lalu memegang tangannya dan membangkitkannya. Anak itu melompat dari usungan, menapak beberapa langkah, dan lalu berlari ke dalam pelukan orangtuanya, yang menjatuhkan diri bersama si anak di depan kaki Yesus. Khalayak ramai bersorak penuh sukacita, akan tetapi Yesus mengingatkan mereka untuk mengucap syukur kepada Bapa Surgawi. Ia lalu menyampaikan sebuah pengajaran singkat kepada para gembala yang berkumpul dan bersama para murid menyantap makanan ringan yang telah dipersiapkan para perempuan di bawah pohon besar di depan rumah. Maria dan para perempuan duduk terpisah di ujung meja. Aku mendapat kesan bahwa rumah ini dipergunakan sebagai salah satu dari penginapan-penginapan pribadi, dan dipersiapkan serta dilayani oleh para peremuan kudus dari Kapernaum.
Datanglah sekarang, dan dengan agak malu-malu, beberapa orang dari Sikhar, di antaranya Dina, perempuan di sumur itu. Mereka tak berani datang mendekat, sebab mereka tidak biasa berhubungan dengan para gembala Yahudi. Akan tetapi Dina dengan berani memulai, dan aku melihatnya berbicara dengan para perempuan dan Santa Perawan. Sesudah perjamuan, Yesus dan para gembala mengucapkan salam perpisahan kepada para perempuan kudus, yang segera bersiap untuk perjalanan mereka kembali ke Galilea ke mana Yesus Sendiri akan pergi keesokan harinya.
Yesus sekarang kembali bersama Dina dan orang-orang Samaria lainnya ke Sikhar, sebuah kota yang tak terlalu besar, namun dengan jalanan-jalanan lebar dan lapangan-lapangan terbuka. Rumah doa Samaria adalah sebuah bangunan yang lebih indah, lebih berdekorasi dibandingkan sinagoga-sinagoga di tempat-tempat kecil kaum Yahudi. Kaum perempuan Sikhar tidak terlalu menutup diri seperti kaum perempuan Yahudi; mereka berbicara lebih bebas dengan kaum lelaki. Begitu Yesus memasuki Sikhar, Ia dikerumuni oleh khalayak ramai. Ia tidak masuk ke dalam sinagoga mereka, melainkan mengajar dengan berjalan berkeliling di sana sini di jalan-jalan, dan di salah satu lapangan di mana terdapat sebuah kursi pembicara. Di mana-mana himpunan besar orang berkumpul, dan mereka penuh sukacita, sebab Messias telah datang di antara mereka.
Dina, amat tersentuh hatinya dan penuh permenungan; dari semua perempuan ia mengambil posisi paling dekat dengan Yesus. Para tetangga, sekarang memandangnya dengan hormat khusus, sebab ia adalah yang pertama bertemu dengan Yesus. Dina mengutus lelaki dengan siapa ia sekarang hidup kepada Yesus, yang sekarang menyampaikan kepada laki-laki itu beberapa kata nasehat. Lelaki itu berdiri di hadapan Yesus dengan rasa malu akan dosa-dosanya. Yesus tidak tinggal lama di Sikhar, tetapi pergi melalui gerbang seberang dan mengajar di sana sini di antara rumah-rumah dan taman-taman yang terbentang beberapa jauhnya di sepanjang lembah. Yesus menginap di sebuah penginapan setengah jam jauhnya dari Sikhar, dengan janji untuk kembali ke kota keesokan harinya dan menyampaikan pengajaran kepada mereka.
Ketika Yesus pergi lagi ke Sikhar, Ia mengajar sepanjang hari, dengan membagi waktu antara kursi orator di kota dan bukit-bukit di luar kota, dan sore hari Ia mengajar kembali di penginapan. Dari segenap penjuru negeri sekitarnya berdatangan khalayak ramai untuk mendengarkan-Nya, dan mereka mengikuti-Nya dari satu tempat ke tempat lain. Teriakan mereka adalah: "Sekarang Ia mengajar di ini! Sekarang Ia mengajar di sana!" Pemuda dari Samaria juga mendegarkan pengajaran, tetapi ia tidak berbicara dengan Yesus.
Dina di mana-mana adalah yang utama, di mana-mana ia dapat menerobos khalayak ramai untuk datang kepada Yesus. Ia amat penuh perhatian, sungguh tulus, dan sangat terkesan. Ia berbicara dengan Yesus di lain kesempatan dan sekarang hendak berpisah dari suaminya yang terhormat. Demi Yesus mereka telah sepakat untuk mempersembahkan segala harta kekayaan mereka bagi kaum miskin dan bagi Gereja mendatang. Yesus mengatakan kepada mereka bagaimana melakukannya. Banyak dari kaum Samaria sungguh tergerak hati dengan apa yang telah mereka lihat dan dengar, dan mereka mengatakan kepada Dina: "Engkau berkata benar. Kami sekarang telah mendengar-Nya sendiri. Ia adalah Messias!" Perempuan yang baik itu tenggelam dalam Tuhan, dan begitu pula dalam ketulusan hati, begitu penuh sukacita! Aku senantiasa mengasihinya secara istimewa.
Di sini, seperti di tempat-tempat sebelumnya, sebagai bahan pengajaran-Nya Yesus mengambil subyek: penahanan Yohanes, penganiayaan para nabi, Bentara ditugasi untuk mempersiapkan jalan, dan putera diutus ke kebun anggur tetapi dibunuh oleh para hamba yang jahat. Ia dengan jelas memaklumkan bahwa Bapa telah mengutus-Nya. Ia mengajarkan juga di atas segalanya semua yang telah Ia katakan kepada si perempuan di sumur, yakni, air hidup, Gunung Gerizim, keselamatan dari bangsa Yahudi, dekatnya Kerajaan dan Pengadilan, dan penghukuman yang dijatuhkan atas hamba-hamba jahat yang telah membunuh putera tuan kebun anggur. Banyak dari para pendengar menanyai-Nya di mana sekarang mereka harus dibaptis dan dimurnikan, sebab Yohanes telah dipenjarakan. Yesus menjawab bahwa para murid Yohanes membaptis kembali dekat Ennon seberang Yordan, dan bahwa, hingga Ia Sendiri tampil di sana bersama para murid-Nya untuk memberikan baptisan, mereka hendaknya pergi ke sana. Sebab itu, keesokan harinya orang banyak berduyun-duyun ke Ennon.
Keesokan harinya Yesus mengajar di penginapan dan bukit-bukit sekitarnya. Para pendengar terdiri dari para pekerja, dari berbagai macam ragam orang, dan para hamba yang sesudah pembaptisan-Nya, pernah Ia hibur di padang para gembala dekat Betabara. Hadir juga banyak mata-mata yang diutus kaum Farisi dari daerah sekelilngnya. Mereka mendengarkan-Nya dengan murka dalam hati, menyendengkan kepala satu sama lain dan mengguman penuh ejekan. Akan tetapi mereka tidak berusaha untuk berbicara dengan-Nya dan Ia tidak mempedulikan mereka. Beberapa alim ulama Samaria dan yang lainnya tinggal tak tergerak hati oleh perkataan-Nya, melainkan menerimanya dalam hati yang beku.
* Perkataan Yesus ini mengacu pada lima koloni kafir yang berbeda dengan berhala mereka, yang ditempatkan oleh Raja Asyur di Samaria sesudah sebagian besar penduduknya dibuang sebagai tawanan ke Babel. Apa yang tinggal dari umat asli Allah di Samaria telah bercampur dengan kaum kafir dan pemujaan berhala mereka.
sumber : “The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich”; diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net
|
|