Bab 13
Yesus di Ginnaea dan Atarot.
Ia Mengalahkan Kelicikan Kaum Farisi


Ketika Yesus bersama kelima murid-Nya meninggalkan penginapan dekat Sikhar, Ia pergi meninggalkan Tebes di sebelah kanan dan Samaria di sebelah kiri enam jam jauhnya ke kota Ginnaea, atau Ginnim, yang terletak di sebuah lembah di perbatasan Samaria dan Galilea. Petang hari mereka memasuki Ginnaea, baju-baju mereka masih tersingsing dan, sebab  Sabbat telah dimulai, mereka langsung menuju sinagoga. Para murid yang melakukan perjalanan mendahului-Nya juga hadir. Ketika meninggalkan sinagoga, mereka semuanya pergi bersama ke sebuah rumah besar di pedesaan milik Lazarus yang berdiri di antara pegunungan. Dekat sana adalah Thirza Kecil, di mana Yesus pernah menginap, dan juga di mana Maria dan Yosef dalam perjalanan mereka ke Bethlehem mendapatkan tumpangan. Pengurusnya, seorang laki-laki yang perilakunya mencerminkan kesederhanaan tempo dulu, mempunyai banyak anak. Yesus dan para murid melewatkan malam di sana. Rumah besar itu mungkin sekitar tiga perempat jam jauhnya dari Ginnaea. Para peremuan kudus, dalam perjalanan pulang mereka dari Sikhar, melewatkan malam di Tebes. Hari kedatangan Yesus di sini, hari sebelum Sabbat, adalah hari puasa silih atas sungut-sungut Anak-anak Israel. Pada hari Sabbat Yesus mengajar di sinagoga. Ayat yang dibacakan dari Kitab Suci merujuk pada perjalanan melintasi padang gurun, pembagi-bagian Tanah Kanaan, dan sesuatu yang berhubungan dengan Yeremia. Yesus menafsirkan semuanya sebagai menunjuk pada dekatnya Kerajaan Allah. Ia berbicara mengenai sungut-sungut Anak-anak Israel di padang gurun, mengatakan bahwa mereka dapat saja mengambil rute yang jauh terlebih pendek ke Tanah Perjanjian, andai saja mereka mentaati Perintah yang Allah berikan kepada mereka di Gunung Sinai. Akan tetapi karena dosa-dosa mereka, mereka harus berkelana, dan mereka yang bersungut-sungut mati di padang gurun. Dan demikian pula mereka di antara para pendengar-Nya sekarang akan berkelana di padang gurun dan mati di sana, jika mereka bersungut-sungut melawan Kerajaan yang sekarang di ambang pintu dan dengan itu akhir dari belas-kasihan Allah. Hidup mereka merupakan gambaran dari pengembaraan di padang gurun, tetapi sekarang mereka harus pergi melalui jalan terpendek ke Kerajaan Allah yang dijanjikan, yang akan ditunjukkan kepada mereka. Ia menyinggung juga ketidakpuasan Anak-anak Israel pada penghakiman Samuel, mereka menuntut seorang raja, dan mereka menerimanya dalam diri Saul. Sekarang, ketika Nubuat telah digenapi, ketika oleh sebab kedurhakaan mereka tongkat kekuasaan berlalu dari Yudea, mereka berkeluh-kesah lagi memohon seorang raja dan dibangunnya lagi kerajaan. Allah akan mengirimkan seorang Raja kepada mereka, Raja sejati mereka, seperti tuan kebun anggur telah mengutus putranya setelah para hambanya dibunuh oleh para pekerja kebun anggur yang tidak setia. Akan tetapi dengan cara yang sama pula mereka akan menghalau Raja mereka dan membunuh-Nya. Ia juga menerangkan ayat-ayat Mazmur yang berbicara tentang batu penjuru yang dibuang oleh para tukang bangunan, menerapkannya pada putra tuan kebun anggur, dan berbicara mengenai penghukuman yang akan ditimpakan atas Yerusalem. Bait Allah, kata-Nya, tidak akan ada lagi, dan Yerusalem sendiri akan segera tak dikenali. Ia berbicara juga mengenai Elia dan Elisa.
Ada duabelas orang Farisi yang degil hadir dalam pengajaran ini, dan ketika pengajaran usai mereka berdebat dengan Yesus. Mereka menunjuk pada sebuah gulungan perkamen, dan menanyakan apa yang dimaksud dengan Yunus berada tiga hari dalam perut ikan paus. Yesus menjawab: "Demikian pula Rajamu, Messias, akan berada tiga hari dalam makam, turun ke dalam pangkuan Abraham, dan lalu bangkit kembali." Mereka menertawakannya. Kemudian tiga orang Farisi tampil ke depan dan, penuh kemunafikan, mengatakan: " Rabbi yang mulia, Engkau selalu berbicara mengenai jalan terpendek. Katakanlah kepada kami, yang manakah jalan terpendek itu?" Yesus menjawab: "Adakah kalian tahu Sepuluh Perintah yang diberikan di Sinai?" Mereka menjawab: "Ya." Ia melanjutkan: "Lakukanlah yang pertama, dan kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri. Janganlah membebankan ke atas bahu mereka yang ada di bawahmu beban-beban berat yang kalian sendiri tidak memikulnya. Itulah jalannya!" Mereka menjawab: "Kita tahu perihal itu semua!" Yesus menambahkan: "Kalian tahu semua itu tetapi tak melakukan apa-apa untuknya, itulah kesalahan kalian, sebab itu kalian akan dihukum." Dan Ia mencela mereka sebab membebani orang dengan peraturan-peraturan yang tidak perlu sementara mereka sendiri tidak melaksanakan Hukum itu sendiri, sebab itulah perkara utama di kota ini. Yesus menyinggung juga mengenai jubah-jubah imam seperti yang diperintahkan Allah kepada Musa, dan mengenai maknanya yang misterius. Ia membuktikan ketidakpatuhan mereka akan hal-hal ini, yang mereka ganti dengan banyak bentuk yang melenceng dan lahiriah. Kaum Farisi sangat tertusuk hatinya, akan tetapi mereka tak dapat mengalahkan Yesus. Mereka saling mengulang satu sama lain: "Ia adalah Nabi dari Nazaret! Putra si Tukang Kayu, sungguh!" Kebanyakan dari mereka meninggalkan sinagoga sebelum Yesus mengakhiri pengajaran-Nya. Seorang saja yang tinggal hingga akhir dan mengundang Yesus beserta para murid untuk bersantap. Ia lebih baik dari yang lain, meski masih seorang pengecut.
Beberapa orang sakit telah dibawa dan diletakkan di luar sinagoga, dan kaum Farisi meminta Yesus untuk menyembuhkan mereka, bahwa dengan itu mereka dapat melihat suatu tanda. Akan tetapi Yesus menolak mengadakan penyembuhan, mengatakan bahwa mereka tak akan percaya pada-Nya, sebab itu mereka tak perlu melihat tanda apapun. Tujuan mereka sebenarnya adalah mencobai-Nya untuk menyembuhkan pada hari Sabbat, agar mereka punya sesuatu untuk melawan-Nya.
Ketika Sabbat berakhir, sebagian besar murid dari Galilea pulang ke rumah mereka, tetapi Yesus bersama Saturnin dan dua murid lain kembali ke rumah pedesaan Lazarus. Betapa menyentuh hati melihat-Nya menyampaikan pengajaran kepada anak-anak pengurus rumah dan anak-anak tetangga, pertama-tama kepada anak-anak lelaki dan kemudian kepada anak-anak perempuan. Ia berbicara mengenai ketaatan kepada orangtua dan mengenai hormat kepada yang lanjut usia. Bapa di surga telah menentukan orangtua bagi mereka; sebagaimana mereka menghormati orangtua demikianlah mereka menghormati Bapa Surgawi mereka. Ia berbicara pula mengenai anak-anak dari putera-putera Yakub dan mengenai anak-anak Israel, menceritakan bagaimana mereka bersungut-sungut dan karenanya tak diperkenankan masuk Tanah Terjanji, tanah yang begitu indah. Kemudian Ia menunjuk pada pepohon asri dan buah-buahan lezat di kebun, dan mengatakan kepada mereka mengenai Kerajaan surgawi yang dijanjikan kepada mereka yang mentaati Perintah Allah. Kerajaan surgawi jauh lebih semarak dan indah dibandingkan kebun menawan di mana mereka berada; kebun itu, dibandingkan dengan kerajaan surgawi, tak lebih dari sekedar padang gurun. Sebab itulah mereka harus taat dan berserah diri penuh syukur kepada Allah; janganlah pernah mereka bersungut-sungut, agar dengan demikian mereka tidak dijauhkan dari Kerajaan Surga; janganlah mereka ragu akan keindahan Kerajaan Surga, seperti yang dilakukan bangsa Israel di padang gurun; mereka harus yakin bahwa Kerajaan Surga jauh melampaui, ya, seribu kali lipat lebih memikat dari apa yang mereka lihat di hadapan mereka; dan akhirnya, hendaknyalah mereka mencamkannya dalam benak mereka, agar mereka beroleh ganjaran dengan kerja keras dan perbuatan mereka sehari-hari. Sepanjang pengajaran ini anak-anak yang lebih kecil ada di hadapan Yesus. Ia mengangkat sebagian dari mereka dan menempatkannya di pangkuan, atau memeluk beberapa dari antara mereka dengan kedua tangan-Nya.

Dari rumah pedesaan Lazarus, Yesus pergi lagi bersama ketiga murid ke arah selatan sekitar empat jam jauhnya, kembali ke Atarot, salah satu dari kota-kota utama kaum Saduki, yang terhampar di antara pegunungan. Kaum Saduki di tempat ini, seperti kaum Farisi di Gennabris, sebagai kelanjutan dari apa yang terjadi pada Hari Raya Paskah menganiaya para murid, memenjarakan sebagian dari mereka dan menyiksa mereka dengan interogasi pengadilan. Beberapa dari antara mereka juga baru-baru ini berada di Sikhar dan mendengarkan dengan was-was pengajaran Yesus di mana Ia mengecam kekerasan kaum Farisi dan kaum Saduki terhadap kaum Samaria. Mereka kemudian bersepakat dalam suatu rancangan untuk menjebak Yesus, dan demi melaksanakan rancangan itulah mereka meminta-Nya untuk merayakan Sabbat di Atarot. Namun Ia mengetahui rancangan mereka, dan lalu mengambil rute lain menuju Ginnaea. Akan tetapi mereka menghubungi kaum Farisi Ginnaea dan, pada pagi hari Sabbat, mereka menyuruh para utusan untuk mengatakan kepada-Nya: "Engkau telah mengajarkan hal-hal indah sehubungan dengan mengasihi sesama. Engkau katakan bahwa orang harus mengasihi sesamanya seperti dirinya sendiri. Jadi, datanglah ke Atarot dan sembuhkanlah salah seorang dari orang kami yang sakit. Jika Engkau menunjukkan tanda ini kepada kami, maka kami, juga kaum Farisi dari Ginnaea, akan sepenuhnya percaya kepada-Mu dan kami akan menyebarluaskan ajaran-ajaran-Mu ke segenap penjuru negeri."
Yesus mengetahui kelicikan mereka dan rancangan yang mereka susun untuk menjebak-Nya. Laki-laki yang, pura-pura, mereka ingin Ia sembuhkan, telah beberapa hari terbaring kaku dan mati, namun mereka memaklumkan kepada segenap masyarakat kota bahwa ia hanya tak sadarkan diri. Isterinya sendiri tidak tahu bahwa ia sudah meninggal. Andai Yesus membangkitkannya, mereka akan mengatakan bahwa ia tidak mati. Mereka pergi menemui Yesus dan menghantarnya ke rumah si orang mati, yang adalah salah seorang dari para pemimpin kaum Farisi dan yang dulunya giat mengganggu para murid. Mereka mengusung mayat itu keluar ke jalanan dalam sebuah tandu sementara Yesus muncul. Ada sekitar limabelas kaum Saduki dan kerumunan orang berdiri sekelilingnya. Mayat yang dihadirkan cukup bagus tampilannya, sebab mereka telah membedah dan membalsemnya, agar lebih meyakinkan dalam memperdaya Yesus. Akan tetapi Yesus mengatakan: "Orang ini sudah mati dan ia akan tetap mati." Mereka menjawab bahwa ia hanya tak sadarkan diri, dan jika ia sungguh mati, maka ia baru saja mati. Yesus menjawab: "Ia menolak kebangkitan orang mati, karenanya ia tidak akan bangkit sekarang! Kalian sudah mengisinya dengan rempah-rempah, tetapi lihat, rempah-rempah apa! Buka dadanya!" Pada saat itu aku melihat salah seorang dari mereka mengangkat kulitnya seperti sebuah penutup dari dada orang mati itu, ketika sekonyong-konyong tampaklah segerombolan cacing, menggeliat-geliat dan meregang-regangkan badannya berupaya untuk keluar. Kaum Saduki amat murka, sebab Yesus mengatakan dengan lantang dan terus-terang segala dosa dan kejahatan si mati, mengatakan bahwa ini adalah cacing-cacing hati nuraninya yang jahat, yang ditutupinya semasa hidup, tetapi yang sekarang menggerogoti hatinya. Ia mencela mereka atas rancangan tipu muslihat mereka yang jahat, dan berbicara dengan sangat pedas mengenai kaum Saduki dan mengenai pengadilan yang akan menimpa Yerusalem dan menimpa semua yang tak hendak menerima keselamatan. Mereka cepat-cepat membawa mayat masuk kembali ke dalam rumah. Peristiwa itu merupakan suatu kengerian dan kegemparan yang menakutkan. Sementara Yesus bersama para murid melangkah menuju gerbang kota, para pengacau yang gempar melempari mereka dengan batu. Mereka telah dihasut oleh kaum Saduki yang murka sebab munculnya ulat-ulat dan disingkapkannya kejahatan mereka.
Namun demikian, di antara khalayak yang jahat, ada beberapa orang yang berdisposisi baik yang meneteskan air mata. Di suatu jalanan tinggal beberapa perempuan yang sakit pendarahan. Mereka percaya pada Yesus, dan dari jauh memohon pertolongan-Nya, sebab sebagai seorang yang najis mereka tak berani datang kepada-Nya. Yesus tahu akan kebutuhan mereka, penuh belas- kasihan Ia melewati jalan mereka. Ketika Ia telah berlalu, mereka mengikuti jejak langkah kaki-Nya dan menciumnya. Yesus menoleh ke belakang ke arah mereka, dan mereka disembuhkan.
Yesus berkelana selama hampir tiga jam lamanya menuju sebuah bukit di dekat Engannim, suatu tempat yang terhampar nyaris sebaris dengan Ginnaea, meski di lembah lain beberapa jam jauhnya ke arah selatan; berada pada rute langsung ke Nazaret melalui Endor dan Naim, sekitar tujuh jam dari Naim.
Yesus bermalam di bukit ini, di sebuah penginapan umum di mana Ia menyantap makanan yang dibawa dari Galilea oleh para murid yang telah datang ke sana untuk menemui-Nya. Mereka adalah Andreas, pengantin laki-laki Nathanael, dan dua pelayan dari perwira Romawi di Kapernaum. Mereka meminta Yesus untuk bergegas, sebab anak laki-laki sang perwira sakit parah. Yesus menjawab bahwa Ia akan pergi pada saat yang tepat.
Perwira ini adalah seorang pensiunan, ia dulu adalah gubernur bagian wilayah Galilea di bawah Herodes Antipas. Ia adalah seorang yang berdisposisi baik dan, di masa penganiayaan sesudahnya, melindungi para murid dari kaum Farisi; ia juga menyokong mereka dengan uang dan lain-lain keperluan. Akan tetapi saat ini ia belum sungguh percaya, meski ia menaruh iman pada mukjizat-Nya. Ia sangat menginginkannya, demi kasih sayang alamiah kepada puteranya sekaligus demi mempermalukan kaum Farisi. Para murid pun juga antusias mengenainya, mengatakan: "Maka kaum Farisi akan sangat berang! dan mereka akan melihat siapa Dia yang kami ikuti!"
Dalam semangat ini Andreas dan Nathanael menyampaikan pesan kepada Yesus, yang tahu benar lubuk hati mereka. Ia memberikan pengajaran lain keesokan paginya ketika kedua pelayan sang perwira telah dipertobatkan. Mereka ini adalah para hamba penyembah berhala, dan membawa makanan bersama mereka. Sekarang mereka kembali ke Kapernaum bersama Andreas dan Nathanael.


sumber : “The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich”; diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Dari Penutupan Paskah Pertama          previous  Halaman Sebelumnya     Halaman Selanjutnya next   up  Halaman Utama