Bab 2
![]() Yesus di Kapernaum
Ketika Yesus bersama para murid yang menyertai-Nya ke Kana pergi menuju Kapernaum, Ia diikuti oleh Nathanael, yang isteri bersama bibinya dan yang lain telah pergi mendahului. Perjalanan, sekitar tujuh jam lamanya, cukup lurus; dilewati oleh sebuah danau kecil seperti di Ennon, yang di sekelilingnya terdapat rumah-rumah besar dan kebun-kebun. Daerah Genesaret yang luar biasa berhasil dimulai di sini, dan di banyak tempat terdapat menara-menara jaga.
Ketika Yesus mendekati daerah Kapernaum, beberapa orang yang kerasukan mulai mengamuk di luar gerbang dan berteriak-teriak ke dalam kota: "Nabi tengah datang! Apa yang dikehendaki-Nya di sini? Apa urusan-Nya dengan kita?" Tetapi ketika Ia tiba di kota, mereka melarikan diri. Sebuah tenda telah didirikan di luar. Perwira Romawi dan bapa dari anak laki-laki itu keluar untuk menyongsong Yesus, si anak berjalan di antara keduanya. Mereka diikuti oleh segenap keluarga, segenap sanak, para pelayan, dan para hamba. Para hamba ini adalah penyembah berhala yang dikirim kepada Zorobabel oleh Herodes. Sungguh suatu arak-arakan yang tulus, dan semua menjatuhkan diri di hadapan Yesus menghaturkan terima kasih. Mereka membasuh kaki-Nya dan menghidangkan makanan kecil, sesuap makanan dan segelas anggur. Yesus mengucapkan beberapa patah kata nasehat kepada si anak, seraya menumpangkan tangan-Nya di atas kepalanya sementara si anak berlutut di hadapan-Nya. Sekarang ia menerima nama Isai, sedangkan sebelumnya ia dipanggil Yoel. Nama sang Perwira Romawi adalah Zorobabel. Ia dengan tulus hati memohon Yesus untuk tinggal bersamanya sejenak di Kapernaum dan menerima tawaran pesta demi menghormati-Nya. Tetapi Yesus menolak, masih menegurnya karena keinginannya melihat suatu mukjizat demi menjengkelkan yang lain. Yesus mengatakan: "Aku tidak akan menyembuhkan anak itu andai iman si utusan tidak demikian kuat dan mendesak." Dan sesudahnya, Ia pun pergi.
Meski demikian Zorobabel memerintahkan agar suatu perjamuan besar dipersiapkan di mana semua pelayan dan pekerja di kebun-kebunnya yang banyak di sekeliling kota diundang. Mukjizat diceritakan kepada mereka, dan semuanya sungguh tergerak untuk percaya kepada Yesus. Sepanjang pesta masyarakat setempat dan banyak kaum miskin, untuk siapa hadiah-hadiah telah dipersiapkan, menyanyikan suatu madah pujian dan syukur di serambi masuk.
Kabar mengenai mukjizat ini segera tersebar luas ke segenap penjuru Kapernaum. Zorobabel mengirimkan sebuah surat mengenainya kepada Bunda Yesus dan para rasul. Aku melihat para rasul sibuk kembali menangkap ikan. Aku melihat berita dihantarkan juga ke ibu mertua Petrus, yang pada waktu itu terbaring sakit.
Yesus pergi menyusuri Kapernaum menuju kediaman BundaNya, di mana berkumpul lima perempuan bersama Petrus, Andreas, Yakobus, dan Yohanes. Mereka keluar menyongsong-Nya; ada sukacita besar karena kedatangan-Nya dan mukjizat-mukjizat-Nya. Ia bersantap di sini, dan lalu langsung balik ke Kapernaum untuk merayakan Sabbat. Para perempuan tinggal di rumah.
Suatu himpunan besar khalayak ramai dan banyak mereka yang sakit berkumpul di Kapernaum. Mereka yang kerasukan berlari sambil berteriak-teriak di jalan-jalan sementara Yesus datang mendekat. Ia memerintahkan mereka untuk diam, dan berjalan melewati mereka menuju sinagoga. Seusai doa, seorang Farisi yang kepala batu bernama Manasye dipanggil, sebab adalah gilirannya untuk membaca Kitab Suci dengan lantang. Tetapi Yesus meminta mereka untuk memberikan gulungan itu kepada-Nya, Ia yang akan membaca. Mereka patuh, dan Ia membaca dari awal Buku Kelima Musa hingga kisah sungut-sungut Anak-anak Israel. Yesus berbicara mengenai kedurhakaan nenek-moyang mereka, mengenai belas-kasihan Allah kepada mereka, dan mengenai dekatnya Kerajaan, memperingatkan mereka untuk waspada agar tidak bertindak seperti nenek-moyang mereka. Ia menerangkan segala kesalahan dan jalan berliku-liku yang ditempuh nenek-moyang mereka dengan suatu perbandingan dengan gagasan kesalahan mereka sendiri, menarik suatu garis paralel antara Tanah Terjanji dari masa yang telah lama silam dengan Kerajaan yang sekarang begitu dekat. Kemudian Ia membaca bab pertama Yesaya, yang ditafsirkan-Nya sebagai merujuk pada masa sekarang. Ia berbicara mengenai kejahatan dan hukumannya, mengenai masa penantian mereka yang lama akan seorang Nabi, dan mengenai bagaimana mereka akan memperlakukan-Nya sekarang sesudah mereka mendapatkan-Nya. Ia menyinggung mengenai berbagai macam binatang yang semuanya mengenal Tuan mereka, meski mereka, para pendengar-Nya, tidak mengenal-Nya. Ia berbicara mengenai Dia yang rindu menolong mereka, menggambarkan kepada mereka penampilan-Nya yang mengenaskan sebagai akibat dari kekejian mereka atas-Nya, juga mengenai hukuman yang diperuntukkan bagi Yerusalem, dan mengenai sedikitnya mereka yang terpilih ketika semua ini terjadi. Meski demikian, Allah akan melipatgandakan mereka sedang yang jahat akan dibinasakan. Ia meminta mereka untuk bertobat, mengatakan bahwa bahkan andai mereka semua berlumuran darah, apabila mereka berseru kepada Allah dan berbalik dari kejahatan, mereka akan menjadi bersih. Lagi Ia menunjuk pada Manasye yang telah begitu banyak melakukan skandal, yang telah melakukan begitu banyak kekejian di hadapan Allah; oleh sebab itu Allah mengijinkannya menerima penghukuman digiring sebagai tawanan ke Babel, di mana ia bertobat, memohon ampun kepada Allah, dan telah menerima bagian dalam Janji. Yesus kemudian membuka Kitab Suci, seolah secara kebetulan, pada Yesaya, dan membaca ayat: "Lihat seorang perawan akan mengandung," yang Ia berlakukan bagi DiriNya dan kedatangan Messias.
Ia menyampaikan penjelasan yang sama di Nazaret beberapa waktu sebelum pembaptisan-Nya, di mana para pendengar-Nya mengejek, dengan berkata: "Kita tidak pernah melihat-Nya makan dadih dan madu ketika Ia bersama Bapa-Nya, si tukang kayu miskin." *
Kaum Farisi dan banyak yang lain di Kapernaum sama sekali tidak puas atas perkataan Yesus yang sangat keras kepada mereka perihal kedurhakaan; mereka mengharapkan perkataan manis, penuh pujian mengenai sambutan baik yang mereka berikan kepada-Nya. Pengajaran belangsung cukup lama dan, ketika Yesus tengah ke luar dari sinagoga, aku mendengar dua orang Farisi berbisik satu sama lain: "Mereka sudah membawa orang-orang yang sakit. Marilah kita lihat apakah Ia akan berani menyembuhkan mereka pada hari Sabbat." Jalan-jalan telah diterangi dengan suluh-suluh, dan banyak rumah diterangi lampu. Akan tetapi, sebagian rumah gelap; itu adalah rumah-rumah mereka yang berniat jahat. Di manapun Yesus lewat, Ia mendapati orang-orang sakit di depan rumah-rumah dan suluh-suluh di samping mereka; sebagian dibawa ke pintu dalam pelukan sanak mereka, sementara dekat mereka berdiri yang lain dengan membawa suluh. Ada kesibukan besar di sana sini di jalan-jalan, dan sorak sukacita terdengar dari segala penjuru. Banyak dari mereka yang kerasukan berteriak-teriak kepada Yesus, dan Ia membebaskan mereka dengan sepatah kata perintah. Aku melihat seorang dari antara mereka dengan wajah menakutkan dan rambut berdiri melompat ke arah-Nya dalam murka dan berang; ia berseru: "Engkau! Apa yang Engkau inginkan di sini? Apa urusan-Mu di sini?" Yesus menolaknya seraya berkata: "Pergi, setan!" dan aku melihat orang itu roboh ke tanah seolah leher dan semua tulang dalam tubuhnya rontok. Ketika bangkit, ia sama sekali berbeda, tampak lembut, dan ia berlutut di kaki Yesus menangis dan mengucap syukur. Yesus memerintahkannya untuk bertobat. Aku melihat-Nya menyembuhkan banyak orang sementara Ia berjalan lewat.
Sesudah itu Yesus pergi bersama para murid ke kediaman BundaNya. Waktu itu sudah malam. Dalam perjalanan Petrus berbicara mengenai permasalahan rumah-tangganya: ia telah melalaikan banyak hal sehubungan dengan pekerjaannya sebagai nelayan, ia telah lama mangkir sebagai nelayan, ia harus menopang isterinya, anak-anaknya, dan ibu mertuanya. Yohanes menjawab bahwa ia dan Yakobus harus bertanggung-jawab atas orangtua mereka dan itu lebih penting dibandingkan tanggung-jawab atas seorang ibu mertua. Dan demikianlah mereka bersilat lidah dengan bebas dan bersendau-gurau. Yesus tahu bahwa waktunya akan segera tiba ketika mereka harus meninggalkan pekerjaan nelayan guna menangkap ikan yang lain. Yohanes jauh lebih seperti kanak-kanak dan akrab dengan Yesus dibandingkan yang lain. Ia begitu penuh kasih sayang, begitu pasrah dalam segala hal, tanpa khawatir ataupun perlawanan. Yesus pulang ke kediaman BundaNya, yang lain pulang ke rumah mereka.
Keesokan paginya Yesus meninggalkan kediaman BundaNya, yang terletak sekitar tiga-perempat jam dari Kapernaum ke arah Betsaida, dan pergi ke kota bersama para murid. Jalanan pada awalnya agak menanjak, tetapi dekat Kapernaum jalanan mulai menurun. Sebelum gerbang kota, para pengelana tiba di sebuah rumah milik Petrus, yang memberikannya kepada Yesus dan para murid dan menyerahkannya dalam pemeliharaan seorang tua yang saleh sebagai pengurus. Rumah itu sekitar satu setengah jam dari danau. Semua murid dari Betsaida dan wilayah sekitarnya berkumpul di Kapernaum, ke mana juga Maria dan para perempuan kudus telah datang. Banyak orang sakit berderet sepanjang jalan-jalan yang hendak dilalui Yesus. Mereka telah dibawa sehari sebelumnya, tetapi belum disembuhkan. Yesus menyembuhkan banyak sekali orang sepanjang perjalanan-Nya ke sinagoga di mana dalam pengajaran-Nya, Ia mengisahkan suatu perumpamaan. Ketika meninggalkan sinagoga, Ia masih melanjutkan pengajaran, dan beberapa orang menjatuhkan diri di hadapan kaki-Nya memohon ampun atas dosa-dosa mereka. Dua orang dari mereka adalah perempuan pezinah yang telah ditinggalkan suami mereka, dan ada empat orang laki-laki, di antaranya adalah para perayu dari para perempuan itu. Mereka meledak dalam tangis dan ingin mengakukan dosa-dosa mereka di harapan orang banyak. Tetapi Yesus menjawab bahwa dosa-dosa mereka telah diketahui-Nya, dan akan tiba waktunya ketika pengakuan terbuka atas dosa-dosa itu diperlukan, tetapi sekarang ini hal itu hanya akan menggemparkan orang-orang sekitar dan membangkitkan aniaya. Ia mendorong mereka untuk mengendalikan diri agar tidak terjerumus kembali ke dalam dosa, tetapi jika mereka menyesal telah melakukannya, janganlah berputus asa, melainkan berpaling kepada Allah dan melakukan silih. Ia mengampuni mereka atas dosa-dosa mereka, dan ketika orang-orang itu bertanya ke baptisan mana mereka seharunya pergi apakah kepada para murid Yohanes atau menantikan-Nya. Ia mengatakan kepada mereka untuk pergi ke baptisan murid-murid Yohanes.
Kaum Farisi yang hadir sangat terperanjat bahwa Yesus mengampuni dosa, dan mereka memanggil-Nya untuk mempertanggung-jawabkan hal tersebut. Tetapi Yesus membungkam mereka dengan jawaban-Nya, bahwa adalah lebih mudah bagi-Nya untuk mengampuni dosa dibandingkan menyembuhkan penyakit, sebab bagi-Nya ia yang dengan tulus menyesali dosa diampuni, dan ia tidak akan mudah berdosa lagi; tetapi seorang sakit yang disembuhkan tubuhnya kerap kali tetap sakit jiwanya, dan ia menggunakan tubuhnya untuk jatuh kembali ke dalam dosa. Kemudian mereka menanyai-Nya apakah para suami dari para perempuan pezinah yang dosa-dosanya telah diampuni hendaknya menerima kembali isteri yang dulu mereka tinggalkan. Yesus menjawab bahwa ia tidak punya waktu untuk membicarakan hal itu, tetapi di waktu mendatang Ia akan mengajar mereka mengenainya. Mereka menanyai-Nya juga perihal Ia menyembuhkan pada hari Sabbat. Yesus membela diri dengan pertanyaan: "Jika salah seorang dari kalian mempunyai seekor binatang yang jatuh ke dalam sumur pada hari Sabbat, apakah engkau tidak akan menariknya keluar?"
Siang hari Yesus bersama semua murid undur diri ke rumah di luar Kapernaum, di mana para perempuan kudus telah berkumpul. Mereka menyantap makanan yang telah disediakan oleh Perwira Zorobabel. Sang perwira dan Salathiel, bapak si anak laki-laki, berbaring di meja bersama Yesus dan para murid, sementara Isai, si anak, melayani. Para perempuan duduk di sebuah meja terpisah. Yesus mengajar. Mereka membawa orang-orang sakit kepada-Nya; mereka ini menerobos masuk ke dalam rumah, ya, bahkan berteriak-teriak minta tolong ke dalam ruang makan. Ia menyembuhkan banyak orang. Usai perjamuan, Yesus kembali ke sinagoga, dan aku mendengar-Nya mengajar, di antaranya mengenai Yesaya dan nubuatnya kepada Raja Ahaz: "Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki," dan lain-lain (Yesaya 7:14).
Ketika meninggalkan sinagoga, Ia menyembuhkan banyak orang di jalan-jalan, dan itu hingga menjelang malam. Di antara mereka ada banyak perempuan yang sakit pendarahan. Dalam sedih dan duka mereka berdiri beberapa jauh jaraknya dalam balutan kerudung, tiada berani mendekati Yesus atau berkerumun dekat-Nya. Yesus yang mengetahui penderitaan mereka, menoleh ke arah mereka, dan menyembuhkan mereka dengan satu tatapan. Ia tidak pernah menyentuh penderita yang demikian. Ada suatu misteri mengenai itu yang sekarang tak dapat aku ungkapkan. Suatu masa puasa dimulai pada sore hari itu.
Ketika Yesus bersama para murid kembali ke kediaman BundaNya, timbul pertanyaan apakah sebaiknya mereka pergi bersama-Nya keesokan pagi ke danau, dan aku mendengar Petrus mohon diri karena kapalnya rusak.
Orang-orang yang dosa-dosanya sudah diampuni Yesus, mengenakan pakaian tobat dan membalut diri dalam kerudung besar. Dari Sabbat terakhir, orang-orang Yahudi mengenakan pakaian hitam dan sepanjang waktu itu adalah masa tobat memperingati kehancuran Yerusalem, yakni perkataan tajam Yesus ketika berbicara mengenai penghukuman yang menanti kota itu. Ketika meninggalkan Kapernaum, jalanan melewati sebuah bangunan besar yang dikelilingi air. Di sini orang-orang kerasukan yang membahayakan dikurung pada malam hari. Sementara Yesus lewat, mereka mengamuk dan berteriak-teriak: "Itu Dia! Apakah yang Ia inginkan? Apakah Ia hendak mengusir kita?" Yesus menjawab: "Diam, dan tinggal sampai Aku kembali. Saat itulah waktumu untuk mundur," dan mereka menjadi tenang.
Ketika Yesus meninggalkan kota, kaum Farisi dan para penguasa mengadakan suatu pertemuan di mana Perwira Zorobabel hadir. Mereka membahas mengenai segala yang telah mereka lihat, mengenai apa yang harus mereka lakukan, rencana apa saja yang perlu mereka susun sehubungan dengan Yesus. Mereka mengatakan: "Betapa huru-hara dan kekacauan yang ditimbulkan Orang ini! Tak ada lagi damai! Orang-orang meninggalkan pekerjaan mereka sehari-hari dan mendengarkan khotbah-khotbah-Nya yang penuh ancaman. Ia terus-menerus berbicara mengenai BapaNya, tetapi bukankah Ia dari Nazaret? Bukankah Ia Putra seorang tukang kayu miskin? Darimanakah gerangan Ia memiliki jaminan dan keberanian yang begitu luar biasa? Atas dasar apakah Ia mendapatkan gelar-Nya? Ia menyembuhkan pada hari Sabbat, dengan demikian mencemarkan damainya! Ia mengampuni dosa! Adakah kuasa-Nya dari Yang Mahatinggi? Apakah Ia punya ilmu rahasia? Bagaimana Ia bisa begitu paham Kitab Suci, begitu siap menerangkannya? Bukankah Ia dibesarkan di sekolah Nazaret? Barangkali saja Ia dengan suatu cara berhubungan dengan orang-orang asing, dengan bangsa asing! Ia selalu berbicara mengenai akan segera datangnya suatu kerajaan, mengenai datangnya Messias, mengenai hancurnya Yerusalem. Yosef, bapaNya, memiliki sejarah kelahiran yang terkenal; tetapi barangkali Ia bukanlah Putra Yosef, atau mungkin Ia adalah Anak orang lain, seorang yang berkuasa yang hendak menegakkan kuasanya di negeri kita, dan dengan demikian menjadi pembesar di Yudea. Pastilah Ia mempunyai pelindung yang kuat, sumber-sumber rahasia yang dapat diandalkan, jika tidak Ia tidak akan mungkin begitu berani, begitu punya nyali, Ia tidak akan bisa bertindak tanpa mengindahkan sama sekali otoritas yang sah dan adat-istiadat yang berlaku, seolah Ia memiliki hak penuh untuk melakukannya. Pernah Ia mangkir untuk suatu waktu yang lama. Di manakah dan di antara siapakah Ia berada pada waktu itu? Darimanakah asalnya pengetahuan-Nya dan kemampuan-Nya mengadakan mukjizat-mukjizat? Apakah yang harus kita lakukan untuk menghadapi-Nya?" Dan lalu mereka meluahkan keberangan mereka dan saling bertukar prasangka. Perwira Zorobabel saja yang tinggal tenang, ia bahkan punya pengaruh dalam menenangkan yang lain. Ia mendesak mereka untuk bersabar. "Tunggulah," katanya, "jika kuasa-Nya berasal dari Allah, Ia pasti akan menang; tetapi jika tidak, Ia akan lenyap. Sepanjang Ia menyembuhkan orang-orang kita yang sakit dan berkarya untuk menjadikan segalanya lebih baik bagi kita, kita punya alasan untuk mengasihi-Nya dan bersyukur kepada Dia yang mengutus-Nya."
Keesokan paginya Yesus pergi bersama sekitar duapuluh murid menuju danau, bukan melalui jalan langsung, melainkan ke arah selatan sekitar dataran tinggi di mana rumah Maria berdiri menghadap barat. Dataran tinggi itu, meski dipisahkan dari danau oleh sebuah lembah, hanyalah suatu tonjolan dari kaki sebuah barisan gunung yang berderet ke utara. Yesus memilih rute ini sebab lebih cocok untuk menyampaikan pengajaran. Ada banyak anak sungai indah yang mengalir turun dari ketinggian masuk ke dalam danau, dan sungai kecil dekat Kapernaum mengalir ke arah ini. Wilayah negeri ini diairi dan disuburkan oleh banyak aliran air yang mengalir di sekeliling Betsaida. Yesus berhenti beberapa kali bersama para murid untuk beristirahat di tempat-tempat menyenangkan itu, dan Ia kerap diam berdiri untuk mengajar mengenai perpuluhan. Para murid mengeluh akan sangat beratnya perpuluhan yang dibebankan di Yerusalem, dan bertanya apakah tidak lebih baik mengakhirinya. Yesus menjawab bahwa Allah memerintahkan agar sepersepuluh dari segala buah-buahan di bumi wajib diberikan kepada Bait Allah dan para pelayannya, guna mengingatkan manusia bahwa mereka tidak mempunyai hak milik, melainkan hanya hak untuk menikmati; bahkan sayur-mayur sepersepuluhnya wajib diberikan dengan pantang menikmatinya. Kemudian para murid berbicara mengenai Samaria, menyatakan penyesalan mereka sebab mungkin telah membuat-Nya mempercepat kepergian-Nya dari sana. Mereka tidak tahu, kata mereka, bahwa orang-orang Samaria begitu penuh semangat menerima ajaran-Nya, begitu rindu menerima-Nya dengan baik; andai bukan karena rengekan mereka, mungkin Ia tinggal lebih lama di antara mereka. Atas pernyataan ini Yesus menjawab bahwa dua hari yang Ia lewatkan di Sikhar sudahlah cukup, bahwa kaum Sikhem emosional, namun dari mereka semua yang telah bertobat, tampaknya hanya sekitar duapuluh yang akan tinggal teguh. Panenan mendatang Ia serahkan kepada mereka, para murid-Nya.
Tersentuh oleh ajaran terakhir Yesus, para murid berbicara penuh belas-kasih mengenai kaum Samaria, mengingat dengan penuh pujian kisah seorang laki-laki yang jatuh ke dalam tangan para perampok dekat Yerikho. Imam dan kaum Lewi berjalan melewatinya, hanya seorang Samaria saja menolongnya dan menuangkan anggur serta meminyaki luka-lukanya. Fakta ini sudah dikenal umum. Peristiwa ini sungguh terjadi di dekat Yerikho. Dari belas-kasihan mereka terhadap laki-laki yang terluka dan sukacita mereka atas disposisi baik si Samaria, Yesus menggunakan kesempatan itu untuk menceritakan kepada mereka suatu perumpamaan lain yang serupa. Ia mulai dengan Adam dan Hawa, mengisahkan jatuhnya keduanya ke dalam dosa dengan kata-kata sederhana, seperti diceritakan dalam Kitab Suci. Mereka, kata-Nya, diusir dari Firdaus, harus mencari tempat pengungsian bersama anak-anak mereka di sebuah padang gurun yang sarat dengan perampok dan pembunuh, dan seperti laki-laki malang dalam perumpamaan, tergeletak dan terluka akibat serangan dosa. Kemudian Raja langit dan bumi menggunakan segala cara dalam Kuasa-Nya demi menyediakan pertolongan bagi bangsa manusia yang malang. Ia telah memberikan kepada mereka Hukum-Nya, telah mengutus kepada mereka para imam dan para nabi pilihan dengan segala yang dibutuhkan demi menyembuhkan sakit mereka. Tetapi umat manusia yang menderita tak tertolong oleh satupun dari segala pertolongan ini; bangsa manusia bahkan terkadang menolaknya dengan penghinaan. Pada akhirnya Raja mengutus PutraNya Sendiri yang menyamar sebagai seorang laki-laki malang, guna menolong bangsa yang jatuh. Dan lalu Yesus menggambarkan kemiskinan-Nya sendiri, tanpa sepatu, tanpa penutup kepala, tanpa ikat pinggang, dll, meski begitu Ia menuangkan minyak dan anggur ke atas luka-luka pengelana malang guna menyembuhkannya. Akan tetapi mereka yang dengan kuasa penuh telah diustus untuk menyembuhkan luka-luka si penderita, tiada menaruh belas kasihan kepada-Nya; mereka menangkap sang Putra Raja dan membunuhnya, membunuh Dia yang telah menuangkan minyak dan anggur ke atas luka-luka sang pengelana. Yesus mengisahkan perumpamaan ini kepada para murid-Nya agar, dengan merenungkannya, mereka dapat mengungkapkan pikiran mereka, dan Ia dapat menjelaskan kesalahpahaman yang mungkin ada pada mereka mengenainya. Tetapi mereka tidak memahami-Nya. Memperhatikan bahwa Ia menggambarkan Putra Raja dengan karakteristik sama seperti yang dimiliki-Nya, benak mereka mulai dipenuhi segala macam pikiran dan mereka saling berbisik satu sama lain: "Siapakah BapaNya ini yang selalu Ia bicarakan?" Lalu Yesus menyinggung keprihatinan yang mereka ungkapkan hari sebelumnya atas kerugian yang mereka alami akibat melalaikan pekerjaan nelayan, dan membandingkannya dengan disposisi Putra Raja. Ia telah meninggalkan segalanya dan, ketika orang-orang lain dalam kelimpahan mereka telah meninggalkan orang yang terluka dalam keadaan sekarat, Ia menuanginya dengan minyak dan anggur. Dan Ia melanjutkan: "Bapa tidak akan meninggalkan para hamba dari PutraNya. Mereka akan menerima kembali dengan ganjaran berlimpah ketika Ia mengumpulkan mereka sekeliling-Nya dalam Kerajaan-Nya."
Di tengah ajaran ini dan ajaran-ajaran serupa, mereka tiba di danau sedikit di bawah Betsaida, di mana terdampar perahu-perahu Petrus dan Zebedeus. Sebagian dari pantai tertutup pagar, dan di tepian terdapat gubuk-gubuk dari lumpur untuk keperluan nelayan. Yesus turun ke gubuk bersama para murid. Di atas kapal tampak para budak kafir, tetapi tak tampak orang Yahudi sibuk dengan pekerjaan sebab hari itu adalah hari puasa. Zebedeus ada dalam salah satu gubuk di pantai. Yesus meminta mereka yang berada di kapal untuk menghentikan pekerjaan mereka dan datang ke daratan. Ia dengan segera ditaati, dan kemudian Ia menyampaikan suatu pengajaran kepada mereka.
Yesus sesudah itu melanjutkan perjalanan ke atas danau ke arah Betsaida, setengah jam jauhnya. Wilayah Petrus untuk mencari ikan adalah sekitar satu jam sepanjang pantai. Antara pelabuhan dan Betsaida terdapat suatu teluk ke dalam mana air mengalir masuk dari beberapa aliran air, yakni cabang-cabang dari yang mengalir dari Kapernaum melintasi lembah, dan yang menerima dalam alirannya aliran dari anak-anak sungai lain. Teluk itu membentuk suatu kolam besar di luar Kapernaum. Yesus tidak pergi ke Betsaida. Ia pergi ke barat dan lalu melalui sisi selatan lembah ke rumah Petrus, yang berdiri di sisi timur dari dataran tinggi yang di sisi seberangnya terdapat kediaman Maria.
Yesus masuk bersama Petrus. Maria dan para perempuan kudus yang lain telah ada di sana. Para murid yang lain tidak masuk. Mereka menunggu dekat sana di kebun, atau melanjutkan perjalanan ke rumah Maria. Sementara Petrus memasuki rumah bersama Yesus, ia mengatakan: "Guru, kami berpuasa, tetapi Engkau memberi kami makan." Rumah Petrus dibangun sangat rapi dengan pekarangan dan kebun. Rumah itu sangat panjang dan di atas atapnya orang dapat berjalan-jalan dan menikmati pemandangan indah ke arah danau. Aku tidak melihat baik puteri angkat Petrus maupun putera-putera dari isterinya. Mungkin mereka berada di sekolah. Isterinya ada bersama para perempuan kudus. Petrus tak mempunyai anak dengan isterinya. Ibu mertuanya adalah seorang perempuan yang kurus tinggi, begitu lemah dan sakit-sakitan hingga apabila berjalan-jalan dalam rumah, ia harus menyandarkan diri pada dinding untuk menopangnya.
Yesus berbicara lama dengan para perempuan mengenai rumah yang telah mereka sewa di perbatasan danau, di mana Ia berencana akan kerap singgah. Ia memperingatkan mereka agar bersikap bijak dan tidak melakukan pemborosan, pula perlu menjaga diri dari kecemasan dan kekhawatiran. Untuk DiriNya Sendiri, demikian kata-Nya, Ia hanya butuh sangat sedikit, mereka perlu menyediakan terutama untuk para murid dan untuk mereka yang miskin. Meninggalkan rumah Petrus, Yesus bersama para murid menuju kediaman BundaNya. Di sana Ia bercakap-cakap beberapa waktu lamanya dan lalu pergi ke luar sendirian untuk berdoa.
Aliran air Kapernaum mengalir dekat rumah Petrus. Dalam perahu kecilnya, yang di tengahnya terdapat sebuah kursi, ia bisa berlayar ke danau dengan peralatan menangkap ikan.
Ketika para perempuan kudus mendengar dari Yesus bahwa Ia akan pergi ke Nazaret hari Sabbat mendatang, jaraknya sekitar sembilan atau sepuluh jam, mereka kurang senang. Mereka memohonNya untuk tinggal di mana Ia berada, atau setidaknya segera kembali. Yesus menjawab bahwa Ia tak berpikir hendak tinggal lama di Nazaret, sebab penduduknya tak akan senang oleh karena Ia tak menuruti keinginan mereka. Ia menyebutkan beberapa poin dengan mana mereka akan mencela-Nya, dan dengan menarik perhatian BundaNya, Ia menambahkan bahwa Ia akan memberitahunya jika terjadi hal-hal seperti yang Ia katakan.
* "Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel. Ia akan makan dadih dan madu." (Yesaya 7:14-15)
sumber : “The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich”; diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net
|
|