132. YESUS DI "AIR JERNIH". AKHIR
17 Maret 1945
"Anak-anak-Ku dalam Tuhan, Hari Raya Pentahiran sudah dekat, dan Aku, sang Terang Dunia, mengutus kalian siap dengan yang minimum dibutuhkan untuk merayakannya secara pantas. Adalah terang pertama dari hari raya dari mana kalian akan menyalakan semua lampu lainnya. Sebab orang yang berpura-pura hendak menyalakan banyak lampu tanpa memiliki sarana untuk menyalakan lampu pertama, adalah seorang yang bodoh. Dan lebih bodoh lagi orang yang berpura-pura memulai pengudusan dirinya sendiri dari hal-hal yang paling sulit, dengan mengabaikan apa yang adalah dasar dari bangunan kesempurnaan yang tetap: Dekalog.
Kita baca dalam Kitab Makabe bahwa Yudas bersama para pengikutnya, sesudah merebut kembali Bait Allah dan Kota dengan perlindungan Allah, menghancurkan mezbah-mezbah beserta kuil-kuil dari allah-allah asing dan mentahirkan Bait Allah. Dia lalu mendirikan sebuah mezbah lain, dan dengan batu ia menyalakan api, mempersembahkan kurban, membakar dupa, menempatkan lampu-lampu dan meletakkan roti-roti persembahan dan lalu, mereka semua prostratio dan memohon kepada Allah untuk tidak membiarkan mereka berdosa lagi dan jika, karena kelemahan mereka, mereka jatuh kembali dalam dosa, agar kiranya mereka diperlakukan seturut kerahiman ilahi. Dan itu terjadi pada tanggal duapuluh lima bulan Kislew.
Marilah kita merenungkan dan mengaplikasikan kisah tersebut pada diri kita sendiri, sebab setiap perkataan dalam sejarah Israel, bangsa terpilih, memiliki makna rohani. Hidup adalah selalu suatu pelajaran. Hidup Israel adalah pelajaran bukan hanya untuk hari-hari duniawi kita, melainkan juga untuk memperoleh hari-hari abadi.
'Mereka menghancurkan mezbah-mezbah dan kuil-kuil kafir.'
Itu adalah tindakan pertama. Yang Aku katakan kepada kalian untuk dilakukan ketika Aku menyebut allah-allah individual yang mengambil alih tempat Allah yang benar: penyembahan sensualitas, emas, kesombongan, dosa-dosa berat yang menghantar pada pencemaran dan kematian dari jiwa dan dari badan dan kepada penghukuman Allah. Aku tidak menekan kalian di bawah rumusan-rumusan yang tak terhitung banyaknya yang sekarang menindas orang-orang percaya dan adalah kubu melawan Hukum yang benar, yang ditindas dan disembunyikan oleh tumpukan larangan-larangan lahiriah, yang sebab sangat menindas menyebabkan orang-orang percaya kehilangan penglihatan akan suara yang kudus dan jelas serta senantiasa lantang dari Allah Yang mengatakan: 'Jangan mengutuk. Jangan menyembah berhala. Jangan mencemarkan hari-hari raya. Jangan tidak menghormati orangtuamu. Jangan membunuh. Jangan berzinah. Jangan mencuri. Jangan berdusta. Jangan mengingini milik sesamamu. Jangan mengingini istri sesamamu.' Sepuluh larangan. Tidak satu pun lagi. Dan itu adalah kesepuluh pilar dari bait jiwa. Di atasnya bersinar emas dari perintah yang tersuci: "Kasihilah Allah-mu. Kasihilah sesamamu.' Itu adalah mahkota baitnya. Adalah pelindung dari pondasi-pondasinya. Adalah kemuliaan dari tukang bangunannya.
Tanpa kasih orang tak dapat memelihara kesepuluh perintah dan pilar-pilarnya akan roboh, kesemuanya atau sebagian, dan baitnya akan hancur, semuanya atau sebagian. Tapi akan selalu merupakan reruntuhan dan tak lagi layak untuk menerima Yang Mahakudus. Lakukan apa yang Aku katakan kepada kalian, taklukkan ketiga hawa nafsu. Tuluslah dalam memberikan suatu nama kepada dosa-dosamu, sebagaimana Allah tulus dalam mengatakan kepada kalian: 'Jangan lakukan ini atau itu.' Barangsiapa mencintai sesuatu lebih dari dia mencintai Allah, apapun cinta itu, merupakan seorang penyembah berhala. Barangsiapa berseru kepada Allah dengan mengaku diri sebagai hamba-Nya dan lalu dia tidak taat kepada-Nya, adalah seorang pemberontak. Barangsiapa karena tamak bekerja pada hari Sabat adalah seorang pencemar lancang yang tidak percaya. Barangsiapa menolak membantu orangtuanya, dengan mengajukan dalih-dalih, bahkan meski dia mengatakan bahwa ada pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan demi Allah, adalah dia yang dibenci oleh Allah, Yang menempatkan ayah dan ibu sebagai gambaran-Nya di atas bumi. Barangsiapa membunuh adalah selalu seorang pembunuh. Barangsiapa berbuat zinah adalah selalu seorang yang penuh hawa nafsu. Barangsiapa mencuri adalah selalu seorang pencuri. Barangsiapa berdusta adalah selalu seorang yang jahat. Barangsiapa menginginkan apa yang bukan miliknya, adalah selalu seorang rakus yang tamak dan menjijikkan. Barangsiapa mencemarkan ranjang pengantin adalah selalu seorang yang kotor.
Demikianlah. Dan Aku peringatkan kalian bahwa sesudah membuat anak lembu emas, datanglah murka Allah; sesudah penyembahan berhala oleh Salomo terjadilah skisma yang memecah-belah dan melemahkan Israel; dan kemalangan roh kita yang sekarang, nasib dan nasionalisme yang datang sesudah Hellenisme diterima, bukan, diperkenalkan dan disambut oleh orang-orang Yudea yang tak layak di bawah Antiochus Epiphanes. Aku ingatkan kalian bahwa Nadab dan Abihu, hamba-hamba palsu Allah, dihanguskan oleh Yahweh. Ingatlah bahwa manna tidak kudus pada hari-hari Sabat. Ingatlah akan Cam dan Absalom. Dan Aku ingat dosa Daud terhadap Uriah dan dosa Absalom terhadap Amnon. Aku ingat akhir dari Absalom dan Amnon, nasib Heliodorus, si pencuri, dan Simon dan Menelaus. Aku ingatkan kalian akan akhir tercela dari dua tua-tua yang memberikan kesaksian palsu terhadap Susana. Dan Aku dapat melanjutkan dengan contoh-contoh yang tanpa akhir. Tapi marilah kita kembali ke Makabe.
'Dan mereka mentahirkan Bait Allah.'
Tidaklah cukup mengatakan: 'Aku meruntuhkan.' Adalah perlu mengatakan: 'Aku mentahirkan.' Aku katakan kepada kalian bagaimana seseorang ditahirkan: dengan kerendahan hati dan tobat yang tulus. Tak ada dosa yang tak akan diampuni Allah jika si pendosa sungguh bertobat. Milikilah iman akan Kemurahan-hati Ilahi. Jika kalian dapat memahami apa Kemurahan-hati itu, bahkan meski seluruh dosa dunia ada di atasmu, kau tidak akan melarikan diri dari Allah, sebaliknya kau akan berlari ke hadapan kaki-Nya, sebab hanya Yang Mahabaik yang dapat mengampuni apa yang tak dapat diampuni oleh manusia.
'Dan mereka mendirikan mezbah yang lain.'
Oh! Janganlah coba menipu Allah. Janganlah munafik dalam perilakumu. Jangan campur-adukkan Allah dengan Mamon. Kau akan memiliki mezbah yang kosong: mezbah Allah. Sebab adalah sia-sia mendirikan sebuah mezbah yang baru jika masih ada sisa-sisa dari mezbah yang lama. Entah Allah atau berhala. Tentukan pilihanmu.
'Dan mereka menyalakan api dengan batu dan kawul.'
Batu adalah kehendak teguh untuk menjadi milik Allah. Kawul adalah kerinduan untuk membatalkan dalam hati Allah bahkan ingatan akan dosa kalian sepanjang sisa hidup kalian. Kemudian api dinyalakan: kasih. Sebab anak yang melalui sarana hidup terhormat berupaya menghibur orangtuanya yang telah disakitinya, sungguh mengasihi ayahnya, sebab dia ingin ayahnya bahagia karena anaknya, yang sebelumnya adalah penyebab airmatanya dan yang sekarang adalah sukacitanya.
Sekarang, pada tahap ini, kalian dapat mempersembahkan kurban, membakar dupa, menempatkan lampu-lampu dan roti-roti. Kurban akan berkenan bagi Allah, dan doa-doanya dapat disetujui, mezbah akan sungguh dinyalakan, berlimpah dengan makanan dari persembahan kalian sehari-hari. Kalian dapat berdoa dengan mengatakan: 'Jadilah Pelindung kami', sebab Ia akan menjadi sahabat kalian. Tapi kerahiman-Nya tidak menanti kalian untuk memintanya. Kerahiman-Nya telah mengantisipasi kerunduan kalian. Dan Ia mengutus Kerahiman untuk berkata kepada kalian: 'Berharaplah. Aku katakan kepada kalian: Allah mengampunimu. Datanglah kepada Allah.'
Sudah ada altar yang siap di antara kalian: altar yang baru. Berkas-berkas cahaya dan pengampunan memancar darinya. Bagai minyak mereka memancar, menyembuhkan, menghidupkan kembali. Percayalah pada Sabda yang berasal dari-Nya. Ratapilah dosa-dosa kalian bersama-Ku. Seperti seorang Lewi yang memimpin suatu paduan suara, Aku akan mengarahkan suara kalian kepada Allah, dan ratapan kalian, jika dipersatukan dengan suara-Ku, tidak akan ditolak. Aku merendahkan Diri-Ku bersama kalian, Saudara manusia menurut daging, Putra Bapa menurut roh, dan Aku katakan demi kalian dan bersama kalian: 'Dari jurang yang dalam ini, di mana Aku-Manusia telah jatuh, Aku berseru kepada-Mu, ya Allah. Dengarkanlah suara dia yang memandang pada dirinya sendiri dan mendesah, dan janganlah tutup telinga-Mu terhadap perkataanku. Ya Allah, aku ngeri melihat diriku sendiri. Aku mengerikan di hadapan mataku sendiri! Dan akan seperti apakah aku di hadapan mata-Mu? Janganlah melihat kesalahan-kesalahanku, ya Allah, jika tidak, aku tidak akan dapat tahan di hadapan-Mu, tetapi kasihanilah aku. Sebab Engkau berkata: 'Aku adalah Kerahiman'. Dan aku percaya akan SabdaMu. Jiwaku, yang terluka dan berduka, mempercayakan dirinya pada-Mu, pada janji-janji-Mu, dan dari fajar hingga petang, dari masa mudaku hingga masa tuaku aku akan berharap pada-Mu.'
Meski bersalah atas pembunuhan dan perzinahan dan dikecam oleh Allah, Daud diampuni sesudah ia berseru kepada Allah: 'Kaihanilah aku, bukan demi hormatku, melainkan demi kemuliaan kerahiman-Mu yang tak terhingga. Dan dalam kerahiman-Mu hapuslah dosa-dosaku. Tak ada air yang dapat membasuh hatiku terkecuali air itu diambil dari air yang dalam kebaikan-Mu yang kudus. Dengannya basuhlah aku dari ketidakadilanku dan tahirkanlah aku dari pelanggaranku. Aku tidak menyangkal bahwa aku telah berdosa. Tidak, aku mengakui kejahatanku, dosaku tetap dalam benakku seperti seorang saksi yang mendakwa. Aku menyakiti dalam diri sesamaku dan dalam diriku sendiri, tapi aku teristimewa menyesal bahwa aku telah berdosa melawan Engkau. Dan kiranya ini mengatakan kepada-Mu bahwa aku mengakui bahwa Engkau adil dalam perkataan-Mu dan aku takut akan penghakiman-Mu yang mengatasi segala kuasa manusia. Tapi pikirkanlah, ya Allah Yang Kekal, bahwa aku dilahirkan dalam dosa dan bahwa dia yang mengandung aku adalah seorang berdosa, dan bahwa Engkau telah begitu sangat mengasihiku hingga menyatakan dan memberiku kebijaksanaan-Mu sebagai guruku supaya aku dapat memahami misteri kebenaran-Mu yang mulia. Dan jika Engkau telah berbuat begitu banyak, haruskah aku takut kepada-Mu? Tidak. Aku tidak takut kepada-Mu. Percikilah aku dengan kepahitan sengsara dan aku akan ditahirkan. Basuhlah aku dengan airmata dan aku akan menjadi seperti salju pegunungan. Biarkan aku mendengar suara-Mu, dan hamba-Mu yang hina ini akan bersukacita, sebab suara-Mu adalah sukacita dan kebahagiaan, bahkan meski suara itu mengecam. Palingkanlah wajah-Mu pada dosa-dosaku, dan mata-Mu akan membatalkan kejahatanku. Hati yang Kau berikan kepadaku dicemarkan oleh Setan dan oleh kelemahan manusiawiku. Ciptakanlah hati yang bersih dalam diriku, dan musnahkanlah apa yang rusak dalam hati hamba-Mu, sehingga hanya roh yang benar saja yang dapat berkuasa dalamnya. Janganlah halau aku dari hadirat-Mu dan janganlah jauhkan aku dari persahabatan dengan-Mu, sebab hanya keselamatan-Mu yang adalah sukacita jiwaku dan roh-Mu yang berkuasa adalah penghiburan bagi hati yang hina. Kiranya aku menjadi utusan-Mu di antara manusia dan berkata kepada mereka: "Lihatlah betapa baiknya Tuhan. Jalanlah di jalan-Nya dan kau akan diberkati, seperti aku, aku adalah kegagalan manusia yang menjadi seorang anak Allah melalui rahmat-Nya yang dipulihkan dalam diriku." Dan pendosa akan kembali kepada-Mu. Darah dan daging mendidih dan bergolak dalam diriku. Selamatkanlah aku dari mereka, ya Tuhan, keselamatan jiwaku, dan aku akan memadahkan pujian bagi-Mu. Aku tidak tahu. Tapi sekarang aku telah mengerti. Engkau tak menghendaki kurban kambing domba, melainkan kurban bakaran dari hati yang remuk. Hati remuk-redam lebih berkenan bagi-Mu dari kambing domba, sebab Engkau menciptakan kami bagi Diri-Mu sendiri dan Engkau menghendaki kami untuk mengingat itu dan memberikan kembali kepada-Mu apa yang menjadi milik-Mu. Lembutlah terhadapku dalam kebaikan-Mu yang besar dan bangunlah kembali Yerusalemku dan Yerusalem-Mu: suatu jiwa yang tahir dan diampuni di atas mana kurban, persembahan dan kurban bakaran dipersembahkan bagi doa-dosa, ucapan syukur dan pujian. Dan kiranya setiap hari baruku menjadi suatu persembahan kekudusan yang dibakar di atas mezbah-Mu agar naik kepada-Mu dengan harum-haruman kasihku.'
Ayo! Marilah kita pergi kepada Allah. Aku di muka, kalian di belakang. Marilah kita pergi ke air yang menyehatkan, ke padang rumput yang kudus, ke tanah Allah. Lupakan masa lalu. Senyumlah pada masa mendatang. Janganlah khawatir akan paya-paya, pandanglah bintang-bintang. Jangan katakan: 'Aku adalah kegelapan'; katakan: 'Allah adalah Terang.' Aku telah datang demi memaklumkan damai bagi kalian, demi menyampaikan Kabar Baik kepada yang lemah, demi menyembuhkan mereka yang hatinya remuk oleh terlalu banyak perkara, demi mewartakan kebebasan kepada segenap budak, dan terutama budak-budak Mamon, demi membebaskan para tawanan dari hawa nafsu.
Aku katakan kepada kalian: tahun rahmat sudah datang. Janganlah menangis, jika kalian sedih sebab kalian tahu bahwa kalian adalah orang-orang berdosa, janganlah menangis, orang-orang buangan dari Kerajaan Allah. Aku akan menggantikan debu kalian dengan emas, dan airmata kalian dengan minyak. Aku akan mengenakan pakaian terbaik pada kalian guna menghantar kalian kepada Allah dan berkata kepada-Nya: 'Inilah domba-domba yang Engkau suruh Aku mencarinya. Aku mendatangi dan mengumpulkan mereka, Aku menghitung mereka, Aku mencari domba-domba yang tersesat dan Aku telah membawanya kembali kepada-Mu, dengan melindungi mereka dari hujan dan kabut. Aku telah mengambil mereka dari antara segenap bangsa, Aku telah mengumpulkan mereka dari setiap wilayah demi memimpin mereka ke Tanah yang bukan berada di bumi, yang Engkau persiapkan bagi mereka, Bapa Yang Kudus, guna menaikkan mereka ke puncak-puncak surgawi dari gunung-gunung-Mu yang subur, di mana segalanya adalah terang dan indah, sepanjang aliran-aliran bahagia surgawi di mana roh-roh yang Engkau kasihi puas bersama Engkau. Aku juga mencari domba-domba yang terluka, Aku menyembuhkan domba-domba yang terluka, Aku memulihkan domba-domba yang lemah, Aku tidak mengabaikan bahkan seekor pun. Dan Aku memanggul di atas bahu-Ku, seperti suatu kuk yang terkasih, domba yang nyaris dicabik-cabik dan dilahap oleh serigala-serigala sensualitas dan aku menempatkannya di hadapan kaki-Mu, Bapa yang kudus dan lembut, sebab dia tak lagi dapat berjalan, pula dia tidak mengenal perkataan-Mu, dia adalah jiwa yang malang yang dikejar oleh sesal dan manusia, dia adalah suatu jiwa yang gemetar meratap, dia adalah bagai suatu gelombang besar yang memecah di pantai. Dia maju didorong kerinduannya, tapi pengenalan akan dirinya sendiri membuatnya mundur kembali… Bukalah pangkuan-Mu untuknya, Bapa Terkasih, agar makhluk yang tersesat ini dapat menemukan damai di dalamnya. Katakan padanya: "Mari!" Katakan padanya: "Kau milik-Ku." Dia milik seluruh dunia, tapi dia jijik dan takut kepadanya. Dia katakan: "Setiap tuan adalah kebagusan yang kotor." Biarkan dia berkata: "Raja-ku ini telah memberiku sukacita ditangkap!" Dia tidak mengenal apa itu kasih. Tapi jika Engkau menerimanya, dia akan belajar bahwa kasih surgawi ini adalah kasih perkawinan Allah dan roh manusia, dan bagai seekor burung dibebaskan dari sangkar orang-orang yang keji, dia akan mendaki lebih dan lebih tinggi, hingga tiba pada-Mu, ke Surga, untuk bersukacita dan memuliakan, dengan memadahkan: 'Aku telah menemukan Ia Yang aku cari. Hatiku tak lagi memiliki kerinduan lain. Aku beristirahat dan bersukacita dalam Engkau, Allah Yang Kekal, terpujilah Allah selamanya!'
Pergilah. Rayakan Hari Raya Pentahiran dengan roh yang baru. Dan kiranya terang Allah bersinar dalam diri kalian."
Akhir dari khotbah Yesus sungguh dahsyat. Kedua mata-Nya bercahaya pada wajah-Nya yang cemerlang dan senyum-Nya dan suara-Nya adalah kelemah-lembutan yang tak pernah dikenal sebelumnya.
Orang banyak nyaris terpaku dan mereka tidak bergerak hingga Ia mengulangi: "Pergilah. Damai serta kalian." Lalu, para peziarah pun mulai meninggalkan tempat dengan berbicara satu sama lain di antara mereka sendiri.
Si perempuan berkerudung berjalan pergi dengan cepat, seperti biasa, dengan ayunan langkahnya yang gesit. Dia kelihatan seperti memiliki sayap-sayap sementara angin menggembungkan mantol sekeliling bahunya.
"Aku akan lihat sekarang apakah dia seorang Israel," kata Petrus.
"Kenapa?"
"Sebab jika dia tinggal di sini, itu berarti…"
"… bahwa dia adalah seorang perempuan miskin tanpa punya rumah sendiri. Tidak lebih, ingat itu, Petrus." Yesus berjalan menuju desa.
"Ya, Guru, aku akan mengingatnya. Dan apakah yang akan kita lakukan sekarang sebab mereka semua akan tinggal di rumah untuk merayakan Pesta Pentahiran?"
"Para perempuan kita akan menyalakan lampu-lampu di tempat kita."
"Aku sedih… ini adalah tahun pertama aku tidak melihat lampu-lampu dinyalakan di rumahku, atau bahwa aku tidak menyalakannya sendiri."
"Kau bayi besar. Kita akan menyalakan lampu-lampu juga. Jadi, kau tidak akan merajuk lagi. Dan kau akan menjadi orang yang menyalakannya."
"Aku? Bukan aku, Tuhan. Engkau adalah Kepala keluarga kami. Engkau-lah yang menyalakannya."
"Aku adalah lampu yang senantiasa menyala… dan Aku ingin kalian semua seperti itu juga. Aku adalah Pentahiran abadi, Petrus. Tahukah kau bahwa Aku dilahirkan pada tanggal duapuluh lima bulan Kislew?"
"Aku bertanya-tanya berapa banyak lampu?" tanya Petrus penuh kekaguman.
"Mustahil menghitungnya… Semua bintang-bintang di langit…"
"Tidak! Tidakkah mereka merayakan ulang tahun-Mu di Nazaret?"
"Aku tidak dilahirkan di Nazaret, tapi dalam sebuah kandang di Betlehem. Aku lihat bahwa Yohanes tahu bagaimana diam. Yohanes sangat taat."
"Dan ia tidak penuh ingin tahu, sementara aku sangat amat ingin tahu! Maukah Engkau ceritakan kepada Simon-Mu yang malang segala sesuatu mengenainya? Jika tidak, bagaimana aku dapat berbicara tentang Engkau? Seringkali orang mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepadaku, dan aku tidak pernah tahu harus berkata apa… Yang lain pintar, yang aku maksud saudara-saudara-Mu dan Simon, Bartolomeus dan Yudas bin Simon. Ya, juga Tomas pintar bicara… ia kedengaran seperti seorang yang berteriak-teriak di pasar… menjajakan barang. Tapi ia dapat berbicara… Matius… yah, bukan masalah baginya! Ia menggunakan kelihaian lamanya di bangku pajak untuk menipu orang dan memaksa mereka berkata: 'Kau benar.' Tapi aku!... Simon malang anak Yohanes! Apakah yang diajarkan ikan-ikan kepadamu? Dan danau? Dua hal… tapi tak ada guanya: ikan untuk diam dan gigih. Ikan gigih untuk melarikan diri dari jaring dan aku gigih dalam membuatnya tinggal dalam jaring. Danau mengajariku untuk berani dan waspada. Dan bagaimana dengan perahu? Perahu mengajariku untuk berjuang sekuat tenaga tanpa menyayangkan otot-ototku dan untuk berdiri tegak bahkan ketika danau ganas dan orang dapat terjatuh. Untuk mengarahkan pandangan pada bintang pedoman, memegang kemudi dengan tangan yang teguh, menjadi kuat, berani, tegas, hati-hati, itulah apa yang diajarkan hidupku yang miskin…"
Yesus menempatkan tangan-Nya ke atas pundaknya dan mengguncangnya, menatap padanya dengan kekaguman penuh kasih, kekaguman sejati dari ketulusan hati dan berkata kepadanya: "Tidakkah kau pikir bahwa itu banyak, Simon Petrus? Kau memiliki apa yang dibutuhkan untuk menjadi 'batu'-Ku. Tak satupun perlu ditambahkan, tak satupun perlu dikurangkan. Kau akan menjadi navigator abadi, Simon. Dan kau akan berkata kepada dia yang datang sesudahmu: 'Arahkan pandanganmu pada bintang pedoman, yakni, Yesus. Tangan yang teguh pada kemudi, kekuatan, keberanian, ketegasan, kehati-hatian, kerja-keras tanpa menyayangkan diri sendiri, mata atas segala seauatu, kemampuan untuk berdiri juga di lautan yang ganas…" Sehubungan dengan diam… baik… ikan tidak mengajarimu itu!"
"Sehubungan dengan apa yang seharusnya dapat aku katakan, aku ini lebih bisu dari ikan. Perkataan lainnya?... Juga orang-orang yang cerewet dapat mengoceh sebaik yang aku lakukan… Tapi katakan, Guru-ku? Akankah Engkau memberikan kepadaku seorang putra juga? Kami sudah tua… Tapi Engkau katakan bahwa ibunda Pembaptis juga tua… Baru saja Engkau mengatakan: 'Dan kau akan berkata kepada dia yang datang sesudahmu…' Siapakah yang datang sesudah seseorang kecuali anaknya?" Wajah Petrus mengekspresikan doa dan harapan."
"Tidak, Petrus. Dan janganlah bersedih karena itu. Kau tampak seperti danaumu ketika matahari bersembunyi di balik awan. Dari cerah menjadi suram. Tidak, Petrus-Ku terkasih. Kau tidak akan memiliki seorang anak, melainkah seribu, sepuluh ribu anak, dan di setiap wilayah… Tidak ingatkah kau akan apa yang Aku katakan kepadamu: 'Kau akan menjadi penjala manusia'?"
"Oh!... Ya… tapi… Seorang anak yang memanggilku 'bapa' akan sangat baik!"
"Kau akan punya sangat banyak anak hingga kau tak akan dapat menghitungnya. Dan kau akan memberikan kepada mereka hidup kekal. Dan kau akan mendapati mereka di Surga dan akan menghantarkan mereka kepada-Ku dengan berkata: 'Inilah anak-anak dari Petrus-Mu dan aku ingin mereka ada di mana aku berada,' dan Aku akan berkata kepadamu: 'Ya, Petrus. Terjadilah seturut kehendakmu. Sebab kau telah melakukan segalanya untuk-Ku dan Aku akan melakukan segalanya untukmu.'" Yesus teramat sangat lembut dalam mengucapkan janji-janji yang demikian.
Petrus menelan ludah sementara menangis atas pupusnya harapan menjadi seorang ayah duniawi dan sekaligus mencucurkan airmata sukacita atas keterpikatan yang dimaklumkan kepadanya. "Oh! Tuhan!" katanya. "Tapi untuk memberikan hidup kekal adalah perlu untuk membujuk jiwa-jiwa untuk menjadi baik. Dan kita kembali ke point yang sama: aku tidak pandai bicara."
"Ketika tiba saatnya, kau akan dapat berbicara lebih baik dari Gamaliel."
"Aku ingin percaya kepada-Mu…Tapi, Engkau buatlah mukjizat itu, sebab aku harus melakukannya sendiri…"
Yesus tersenyum lembut padanya dan berkata: "Hari ini Aku sepenuhnya milikmu. Marilah kita pergi menyusuri desa. Kita akan pergi mengunjungi si janda. Aku punya suatu tawaran rahasia. Sebuah cincin untuk dijual. Tahukah kau bagaimana Aku mendapatkannya? Sebuah batu jatuh dekat kaki-Ku, sementara Aku sedang berdoa di bawah pohon willow ini. Sebuah bungkusan kecil diikatkan pada batu itu dengan secarik kecil perkamen. Di dalam bungkusan kecil itu ada sebuah cincin dan di atas perkamen tertulis satu kata: 'Sedekah'."
"Boleh aku melihatnya? Oh? indah sekali! Cincin perempuan. Betapa jari yang kecil ramping! Tapi betapa berat cincinnya!..."
"Sekarang kau akan menjualnya. Aku tidak bisa. Pengurus penginapan membeli emas. Aku akan menunggumu dekat tukang roti. Pergilah, Petrus."
"Tapi… aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku… emas… aku tidak tahu apa-apa mengenai emas!"
"Pikirkan saja bahwa itu adalah roti untuk orang-orang yang lapar, dan lakukan yang terbaik. Selamat tinggal."
Dan Petrus berbelok ke arah kanan, sementara Yesus, dengan lebih santai, pergi ke arah kiri, menuju desa, yang tampak di kejauhan dari balik sebuah semak-belukar di seberang rumah sang bendahara.
|
|