Bab LXI
Yusuf dari Arimatea Dibebaskan Secara Ajaib
Tak lama setelah Santa Perawan kembali kepada para perempuan kudus, kepadaku diperlihatkan bagian dalam penjara di mana Yusuf dari Arimatea dikurung oleh para musuhnya. Yusuf sedang berdoa dengan sungguh-sungguh ketika tiba-tiba suatu cahaya terang-benderang menerangi seluruh tempat itu, dan aku mendengar suatu suara memanggil namanya, sementara pada saat yang sama atap menara terbuka, dan sebentuk cahaya muncul, mengulurkan sehelai kain serupa dengan yang dipergunakan Yusuf untuk membungkus tubuh Yesus. Yusuf menggapai dan mencengkeram kain dengan kedua tangannya, lalu ia ditarik ke atas atap yang terbuka, yang segera tertutup kembali begitu ia melewatinya; penglihatan itu lenyap segera setelah ia aman berada di atas puncak menara. Aku tak tahu apakah itu Tuhan Sendiri ataukah seorang malaikat yang membebaskan Yusuf.
Yusuf berjalan di atas tembok kota hingga tiba di sekitar Senakel, yang dekat dengan tembok selatan Sion; lalu ia turun dan mengetuk pintu bangunan besar itu, sebab semua pintunya terkunci rapat. Para murid yang berkumpul di sana sangat bersusah hati saat pertama kali mereka mendengar raibnya Yusuf, yang mereka pikir pastilah telah dilemparkan ke dalam jurang, sebab telah tersiar kabar burung mengenai hal itu. Karenanya, amat besarlah sukacita mereka saat mereka membuka pintu dan mendapati bahwa ia sendiri yang datang; sungguh, kegembiraan mereka hampir sama dengan ketika Petrus dibebaskan secara ajaib dari penjara beberapa tahun kemudian. Ketika Yusuf selesai menceriterakan apa yang telah terjadi, mereka diliputi perasaan takjub sekaligus sukacita, dan sesudah mengucap syukur dengan sungguh kepada Tuhan, mereka memberinya minum, yang memang sangat ia butuhkan. Malam itu juga, Yusuf meninggalkan Yerusalem dan melarikan diri ke Arimatea, daerah asalnya; di sanalah ia tinggal hingga ia menganggap aman untuk pulang kembali ke Yerusalem.
Aku juga melihat Kayafas menjelang berakhirnya hari Sabat. Ia berada di rumah Nikodemus sedang bercakap-cakap dengannya dan mengajukan banyak pertanyaan dengan kebajikan yang munafik. Nikodemus menjawab dengan tegas, sambil terus menegaskan ketidakberdosaan Yesus. Mereka tidak bercakap lama.
sumber : “The Dolorous Passion of Our Lord Jesus Christ from the Meditations of Anne Catherine Emmerich”
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”
|
|