146. PERPISAHAN DENGAN PENDUDUK SIKHAR
25 April 1945
Yesus berkata kepada orang-orang Samaria di Sikhar:
"Sebelum meninggalkan kalian, sebab ada pada-Ku anak-anak lain untuk diinjili, Aku hendak menunjukkan kepada kalian jalan-jalan pengharapan yang bercahaya, dan Aku menempatkan kalian pada jalan-jalan itu dengan berkata kepada kalian: kalian dapat pergi dengan aman sebab tujuannya pasti. Pada hari ini Aku tidak akan mengutip Yehezkiel agung; Aku akan mengutip murid kesayangan Yeremia, seorang Nabi besar.
Barukh berbicara untuk kalian. Oh! Ia sungguh membawa jiwa-jiwa kalian dan berbicara atas nama mereka semua di hadapan Allah Mahamulia Yang di Surga. Jiwa-jiwa kalian. Yang Aku maksudkan bukan hanya jiwa-jiwa orang Samaria, tapi segenap jiwa-jiwa kalian, wahai keluarga-keluarga dari bangsa pilihan yang telah jatuh ke dalam berbagai macam ragam dosa; dan ia membawa juga jiwa-jiwa kalian, wahai orang-orang non-Yahudi, yang merasa bahwa ada Allah yang tak dikenal di antara banyak dewa yang kalian sembah, Allah Yang oleh jiwamu dipandang sebagai Satu-satunya Allah Yang Benar dan Yang oleh kebebalan kalian dihindarkan dari mencari dan mengenal-Nya, seperti yang dikehendaki jiwa kalian. Setidaknya suatu hukum moral telah diberikan kepada kalian, wahai orang-orang non-Yahudi dan para penyembah berhala, sebab kalian manusia, dan manusia memiliki dalam dirinya suatu esensi yang berasal dari Allah, dan namanya adalah roh, yang selalu berbicara dan menasehatkan keluhuran dan mendorong pada hal-hal yang kudus dalam hidup. Dan kalian telah membelenggunya untuk menjadi budak dari daging kalian yang jahat, dengan melanggar hukum moral manusia yang kalian miliki, dan dengan demikian menjadi orang-orang berdosa, juga dari sudut pandang manusia dan kalian merendahkan konsep iman kalian dan diri kalian sendiri ke tingkat brutalitas yang menjadikan kalian lebih rendah dari binatang. Dan meski begitu, dengarkanlah. Kalian semua dengarkanlah. Semakin dalam pengetahuan kalian akan Hukum moral rohani yang diberikan kepada kalian oleh Allah Yang Benar, semakin kalian akan paham dan, sebagai konsekuensinya, bertindak selaras dengannya.
Dia berdoa - dan inilah doa yang seharusnya dipanjatkan oleh hati kalian yang direndahkan oleh kerendahan hati yang luhur, yang bukanlah perendahan martabat atau ketakutan, melainkan suatu pengetahuan pasti akan keadaan kemalangan seorang, pula sebagai suatu kerinduan kudus untuk menemukan sarana-sarana perbaikan diri secara rohani - Barukh berdoa demikian: 'Tengoklah ke bawah, ya Allah, dari kediaman-Mu yang kudus, perhatikanlah kami dan dengarkanlah. Pandanglah kami, Allah dan pikirkanlah; orang-orang mati di Sheol [=dunia orang mati] bawah, yang napasnya telah dicabut dari tubuh mereka, bukanlah orang-orang yang harus menyampaikan kemuliaan dan ibadah yang menjadi hak Allah; orang hidup yang dikuasai sengsara, yang berjalan sambil membungkuk dengan tidak berdaya, yang kuyu matanya dan lapar jiwanya, dialah yang harus menyampaikan kemuliaan dan ibadah yang menjadi hak Allah.' Dan Barukh menangis dengan segala kerendahan hati dan setiap jiwa benar sepatutnya menangis bersamanya, dengan melihat dan menyebut dengan nama sebenarnya kemalangan-kemalangan yang telah mengubah seorang yang kuat menjadi seorang yang sedih, terasing dan tak berdaya: 'Kami tidak mendengarkan suara-Mu, maka telah Kau penuhi firman-Mu yang telah Kau firmankan dengan perantaraan hamba-Mu, para nabi… Tulang-tulang para raja kami dan tulang-tulang nenek moyang kami telah dilemparkan dari kubur mereka. Dan sesungguhnya, semua sudah tercampak, sehingga kena panas di waktu siang dan kena dingin di waktu malam. Orang-orang sudah mati dengan derita yang hebat, karena kelaparan, pedang dan wabah sampar. Rumah yang atasnya nama-Mu telah disebut itu telah Kau jadikan sebagaimana sekarang keadaannya, oleh sebab kejahatan kaum Israel dan Yehuda.'
Oh! Anak-anak Bapa, janganlah berkata: 'Baik Bait Allah milik kami maupun milik kalian telah dibangun kembali dan indah.' Tidak. Sebatang pohon yang terbelah oleh halilintar dari puncak hingga ke akar-akarnya tidak akan dapat bertahan. Mungkin dia sekedar hidup dengan suatu cara menyedihkan melalui suatu upaya untuk hidup lewat tunas-tunas yang muncul dari akarnya, yang enggan untuk mati, tapi dia akan menjadi belukar yang mandul, tidak akan menjadi sebatang pohon yang sehat kembali, yang sarat dengan buah-buah manis nan lezat. Kerusakan yang berawal dari perpecahan, semakin bertambah dan bertambah buruk, meski struktur materialnya tidak tampak rusak, sebaliknya tampak indah dan baru. Perpecahan menghancurkan nurani yang hidup di dalamnya. Dan lalu saatnya akan tiba ketika setiap nyala rohani akan dipadamkan dan Bait Allah akan kehilangan hidupnya sendiri, Bait Allah, sebuah altar dari logam mulia, yang hanya dapat hidup jika terus-menerus diharumi oleh kehangatan iman dan cinta kasih para pelayannya; dan sebab dingin, suram, cemar, penuh mayat-mayat, dia akan menjadi kebusukan di atas mana burung-burung gagak dari luar dan banjir hukuman ilahi akan menyerbu guna memusnahkannya sama sekali.
Berdoalah, anak-anak Israel, menangislah bersama-Ku, Juruselamat kalian. Kiranya suara-Ku menopang suara kalian dan membubung sampai ke tahta Allah, sebab memang dapat demikian. Barangsiapa berdoa bersama Kristus, Putra Bapa, akan didengarkan oleh Allah, Bapa dari sang Putra. Marilah kita mendaraskan sebuah doa kuno dari Nabi Barukh: 'Dan sekarang, ya Allah Yang Mahakuasa, Allah Israel, setiap jiwa yang dalam sengsara, setiap hati yang sesak berseru kepada-Mu. Dengarkanlah, ya Tuhan, dan kasihanilah. Engkau adalah Allah Yang Maharahim, kasihanilah kami sebab kami telah berdosa dalam pandangan-Mu. Engkau bertakhta untuk selamanya, dan haruskah kami jatuh binasa terus-menerus? Tuhan Yang Mahakuasa, Allah Israel, dengarkanlah doa dari orang yang nyaris mati di Israel dan doa dari anak-anak orang yang telah berdosa kepada-Mu dan tidak mendengarkan suara Tuhan, Allah mereka. Oleh karena itulah maka bencana-bencana melekat pada diri kami. Jangan ingat kepada kefasikan nenek moyang kami, tetapi sudilah kiranya pada saat ini juga ingat kepada tangan-Mu dan nama-Mu sendiri… Sebab kami menyerukan Nama-Mu dan kami berpaling dari kefasikan nenek moyang kami, sudi kasihanilah kami.'
Berdoalah demikian dan bertobatlah dengan sungguh, dengan kembali kepada kebijaksanaan sejati, yang adalah kebijaksanaan Allah, yang dapat ditemukan dalam Kitab perintah-perintah Allah dan dalam Hukum yang berlaku untuk selamanya, dan yang Aku, Mesias Allah, sekarang telah datang untuk membawakannya bagi orang-orang malang dunia dalam bentuknya yang sederhana dan tak dapat berubah, dengan memaklumkan kepada mereka Injil dari masa Penebusan, Pengampunan, Kasih, Damai. Barangsiapa percaya pada Sabda itu akan beroleh hidup yang kekal.
Aku meninggalkan kalian, penduduk Sikhar, yang telah baik terhadap Mesias Allah. Aku meninggalkan kalian dengan damai-Ku."
"Tinggallah sedikit lebih lama."
"Datanglah kembali."
"Tak seorang pun akan pernah berbicara kepada kami seperti yang Engkau lakukan."
"Semoga Engkau diberkati, Guru yang baik."
"Berkatilah anakku."
"Doakanlah aku, sebab Engkau seorang Kudus."
"Ijinkan aku menyimpan sehelai jumbai-Mu, sebagai berkat."
"Ingatlah Habel."
"Dan aku, Timotius."
"Dan aku, Yorai."
"Aku akan mengingat kalian semua. Damai sertamu."
Mereka pergi bersama-Nya sejauh beberapa ratus yard keluar kota, dan lalu dengan perlahan mereka kembali…
|
|