147. PENGAJARAN KEPADA PARA RASUL DAN MUKJIZAT ATAS PEREMPUAN SIKHAR  


26 April 1945

Yesus sedang berjalan di depan para rasul, seorang diri, dekat sebuah pagar tanam-tanaman kaktus berduri, yang daun-daunnya berkilau dalam cahaya matahari dan kelihatan seolah mengejek semua tanaman lainnya yang meranggas. Orang dapat melihat pada tumbuh-tumbuhan itu beberapa gelintir buah-buahan yang bertahan yang karena usia telah menjadi merah bata warnanya dan sekuntum bunga ganjil yang tumbuh awal yang cemerlang menyukakan hati dalam warnanya yang kuning-kemerahan.  

Di belakang-Nya, para rasul tengah berbisik-bisik satu sama lain, dan aku mendapat kesan bahwa mereka sungguh tidak sedang berbicara memuji sang Guru. Sekonyong-konyong Yesus berpaling ke belakang dan berkata: "Teruslah mengamati angin dan kau tidak akan pernah menabur, tataplah awan dan kau tidak akan pernah menuai. Itu adalah suatu pepatah kuno dan Aku mengikutinya. Dan kalian dapat melihat bahwa di mana kalian khawatir akan angin jahat dan tidak ingin berhenti, Aku menemukan tanah yang subur dan kemungkinan untuk menabur. Dan kendati awan-awan 'kalian', yang, dapat Aku katakan, di mana kalian tidak ingin Kerahiman memperlihatkan berkas-berkas sinar-Nya, Aku yakin bahwa Aku telah menuai."

"Tetapi, tidak seorang pun meminta Engkau untuk mengerjakan mukjizat. Iman mereka kepada-Mu sangat aneh!"

"Dan apakah kau pikir, Tomas, bahwa iman dibuktikan hanya dengan meminta mukjizat? Kau salah. Justru tepat kebalikannya. Jika seorang menghendaki suatu mukjizat untuk dapat percaya, itu berarti bahwa tanpa bukti nyata mukjizat, dia tidak akan percaya. Barangsiapa yang sebaliknya berkata: 'Aku percaya' pada perkataan orang lain, menunjukkan iman yang paling besar."

"Jari, orang-orang Samaria lebih baik dari kami!"

"Aku tidak berkata begitu. Tapi dalam keadaan cacat rohani, mereka telah menunjukkan kapasitas yang jauh lebih besar untuk mengerti Allah dibandingkan orang-orang percaya di Palestina. Kau akan sangat sering mendapati itu dalam masa hidupmu, dan Aku akan memintamu untuk mengingat peristiwa ini, agar kau tahu bagaimana bersikap terhadap jiwa-jiwa yang berpaling kepada iman akan Kristus."      

"Tetapi, Yesus, maafkan aku memberitahu-Mu, aku pikir bahwa dengan segala kedengkian melawan Engkau, tidak ada baiknya bagi-Mu untuk membangkitkan dakwaan-dakwaan baru. Andai para anggota Mahkamah Agama tahu bahwa Engkau telah…"

"Kau dapat dengan sangat tepat mengatakan: 'mengasihi', sebab itulah apa yang telah Aku lakukan dan Aku lakukan, Yakobus. Dan sebab kau adalah sepupu-Ku, kau dapat mengerti bahwa Aku tak dapat tidak mengasihi. Aku telah menunjukkan itu kepadamu bahwa aku selalu mengasihi juga mereka yang menentang Aku di kalangan kaum kerabat dan orang-orang sedaerah-Ku. Dan haruskah Aku tidak mengasihi orang-orang itu yang menghormati Aku meski mereka tidak mengenal Aku? Para anggota Mahkamah Agama boleh saja melakukan segala yang jahat sesuka mereka. Tapi tidak akan menjadi pertimbangan di masa mendatang bahwa suatu kejahatan yang demikian akan menghentikan pancaran kemahahadiran-Ku dan kemahaefektifan kasih-Ku. Bagaimanapun… Aku tidak akan mencegah Mahkamah Agama menemukan dakwaan-dakwaan dalam kedengkian mereka."

"Tapi, Guru, Engkau menghamburkan waktu-Mu di negeri penyembah berhala, sementara begitu banyak tempat di Israel menantikan Engkau. Engkau katakan bahwa setiap saat haruslah dikonsekrasikan bagi Allah. Bukankah waktu yang dilewatkan di sini adalah sia-sia?"

"Hari yang dilewatkan untuk mengumpulkan domba-domba yang hilang bukanlah sia-sia. Bukan sia-sia, Filipus. Dikatakan: 'Orang menggandakan persembahan dengan mentaati Hukum… tapi dengan berbelas-kasihan dia mempersembahkan kurban.' Dikatakan: 'Berikanlah kepada Yang Mahatinggi sebagaimana Ia telah memberimu, semurah hati sebanyak yang mampu kau lakukan.' Aku melakukan itu, sahabat-ku. Dan waktu yang dibaktikan untuk kurban bukanlah sia-sia. Aku menunjukkan kemurahan-hati dan Aku mempergunakan sarana-sarang yang Aku terima dengan mempersembahkan karya-Ku kepada Allah. Oleh karena itu, tenanglah. Bagaimanapun… Barangsiapa yang menghendaki suatu permintaan mukjizat guna menjadi yakin bahwa orang-orang di Sikhar percaya pada-Ku, sekarang akan puas. Orang itu tentunya mengikuti kita untuk suatu alasan. Marilah kita berhenti."

Seorang laki-laki sesungguhnya datang menghampiri mereka. Dia kelihatan bongkok di bahwa suatu buntalan besar yang dia panggul di atas pundaknya. Ketika dia melihat kelompok itu berhenti, dia pun berhenti.

"Dia ingin mencelakai kita. Dia berhenti sebab dia melihat bahwa kita memperhatikannya. Oh! Mereka adalah orang-orang Samaria!"

"Apakah kau yakin, Petrus?"

"Tentu saja aku yakin!"      

"Baiklah, jika demikian. Kalian semua tinggal di sini, Aku akan pergi menemuinya."

"Tidak akan pernah, Tuhan-ku. Jika Engkau pergi, aku akan pergi juga."

"Jadi, ayolah."

Yesus berjalan menghampiri laki-laki itu. Petrus berjalan di samping-Nya, penuh rasa ingin tahu sekaligus tidak bersahabat. Ketika mereka beberapa yard darinya, Yesus berkata: "Apakah yang kau inginkan, sobat? Siapakah yang kau cari?"

"Engkau."

"Mengapakah kau tidak mencari Aku ketika Aku di kota?"

"Aku tidak berani… Andai Engkau menolakku di hadapan semua orang, aku akan terlalu menderita dan akan sangat malu."

"Kau dapat memanggil-Ku begitu Aku sendirian bersama para murid-Ku."

"Aku berharap dapat menemui Engkau ketika Engkau sendirian, seperti yang dilakukan Photinai. Aku juga punya alasan yang sangat kuat untuk sendirian bersama-Mu…"

"Apakah yang kau inginkan? Apakah yang kau bawa dengan sangat berat di atas pundakmu?"

"Istriku. Suatu roh telah merasukinya dan menjadikannya tubuh yang mati dan intelegensi yang tumpul. Aku harus menyuapinya, mengenakan pakaian padanya dan menggendongnya seperti seorang bayi. Semuanya terjadi sekonyong-konyong, tanpa sakit… Mereka menyebutnya 'perempuan yang kerasukan.' Ini sangat membuatku menderita. Dan juga kerja keras. Dan juga biaya. Lihatlah." Laki-laki itu meletakkan di atas tanah buntalannya yang berisi sebentuk tubuh tanpa daya terbungkus mantol, seolah sebuah karung, dan dia menyingkapkan sebentuk wajah seorang perempuan, yang masih muda. Andai dia tidak bernapas, orang akan mengatakan bahwa dia sudah mati. Matanya terpejam, mulutnya sedikit ternganga… wajahnya kelihatan seolah dia telah menghembuskan napas terakhirnya.

Yesus membungkuk di atas perempuan malang yang terbaring di atas tanah, menatapnya, menatap si laki-laki: "Apakah kau pikir bahwa Aku dapat? Mengapakah kau percaya?"

"Sebab Engkau adalah Kristus."

"Tapi kau tidak melihat suatupun yang dapat membuktikannya."

"Aku mendengarkan sabda-Mu. Itu sudah cukup."

"Petrus, apakah kau mendengarnya? Bagaimanakah pendapatmu apa yang harus Aku lakukan sekarang, di hadapan iman yang begitu kuat?"

"Baik… Guru… Engkau… aku… Seturut kehendak-Mu, bagaimanapun…"Petrus merasa sangat malu.

"Ya, Aku akan melakukan seturut kehendak-Ku. Sobat, lihatlah." Yesus meraih tangan perempuan itu dan berkata: "Keluarlah darinya. Aku menghendakinya."

Si perempuan, yang selama itu tak bergerak, dihentakkan oleh suatu goncangan yang mengerikan: pada awalnya dia diam, lalu dia berteriak-teriak dan mengerang dan akhirnya meledak dalam suatu teriakan nyaring, pada saat mana dia membuka kedua matanya lebar-lebar seolah dia terbangun dari suatu mimpi buruk. Dia lalu tenang dan dengan bingung dia memandang sekeliling, melihat pertama-tama pada Yesus, Laki-laki Tak Dikenal yang tersenyum padanya…  dia lalu melihat debu jalanan di mana dia terbaring, dia melihat pada seberkas rerumputan yang tumbuh di pinggir jalan dan di atas mana putik-putik kecil putih-merah bunga-bunga daisy yang tampak bagai mutiara siap mekar dalam berkas-berkas lingkaran cahaya. Dia melihat pada pagar tanam-tanaman kaktus, pada langit biru jernih, dan memandang berkeliling dia melihat suaminya… yang penuh antusias mengamati setiap geraknya. Dia tersenyum dan sekarang, sepenuhnya bebas, dia melompat dan mencari perlindungan pada dada suaminya, yang membelainya dan memeluknya seraya menangis.

"Ada apa? Bagaimana aku ada di sini? Kenapa? Siapakah Orang itu?"

"Ia adalah Yesus, sang Mesias. Kau sakit dan Ia telah menyembuhkanmu. Katakan pada-Nya bahwa kau mengasihi-Nya."

"Oh! Ya. Terima kasih… Tapi apa yang terjadi denganku? Anak-anakku… Simon… Aku tidak ingat masa lalu, tapi aku ingat aku punya beberapa anak…"

Yesus berkata: "Kau tidak perlu ingat masa lalu. Selalu ingatlah hari ini. Dan jadilah baik. Selamat tinggal. Jadilah baik dan Allah akan besertamu." Dan Yesus undur diri dengan cepat, dengan disertai berkat dari keduanya.

Ketika Ia tiba di tempat para murid lainnya yang tetap tinggal di belakang, dekat pagar tanam-tanaman, Ia tidak berbicara kepada mereka. Tapi Ia berkata kepada Petrus: "Jadi? Kau tadi yakin bahwa orang itu ingin mencelakai-Ku, apakah yang hendak kau katakan sekarang? Simon, Simon! Betapa masih sangat kurangnya kau untuk menjadi sempurna! Betapa sangat kurangnya kalian semua! Terkecuali penyembahan berhala mereka yang terkenal, kalian memiliki semua dosa dari orang-orang itu dan masih ditambah lagi kesombongan dalam menghakimi yang lain. Marilah kita bersantap sekarang. Kita tak dapat tiba ke tempat yang Aku kehendaki sebelum malam. Kita akan tidur di lumbung, jika kita tak dapat menemukan tempat yang lebih baik."

Keduabelas Rasul, dengan perasaan bersalah dalam hati mereka, duduk tanpa berbicara dan menyantap makanan mereka. Hari yang damai dan matahari bersinar di negeri yang melandai ke suatu dataran dalam gelombang naik turun yang lembut.

Sesudah bersantap, mereka beristirahat sejenak, hingga Yesus berdiri dan berkata: "Simon dan Andreas, ikutlah bersama-Ku. Aku hendak melihat apakah rumah itu bersahabat atau tidak." Dan Ia pun pergi sementara yang lainnya tinggal dan diam, hingga Yakobus Alfeus berkata kepada Yudas Iskariot: "Bukankah perempuan yang sedang datang kemari itu si perempuan Sikhar?"

"Ya. Aku mengenali pakaiannya. Aku heran apakah yang dia inginkan?"

"Dia pasti sedang pergi ke tujuannya," jawab Petrus sebal hati.

"Tidak, dia sedang melihat ke arah kita, melindungi matanya dengan tangannya."

Mereka mengamatinya hingga perempuan itu tiba dekat mereka dan bertanya dengan suara lirih: "Di manakah Guru kalian?"

"Ia pergi. Mengapa kau menginginkan-Nya?"

"Aku membutuhkan-Nya."

"Ia tidak menghabiskan waktu-Nya dengan perempuan," jawab Petrus kasar.

"Aku tahu. Ia tidak menghabiskannya dengan perempuan. Tapi aku adalah jiwa seorang perempuan yang membutuhkan-Nya."

"Biarkan dia," saran Yudas Alfeus. Dan ia menjawab Photinai: "Tunggulah. Ia akan segera kembali."

Perempuan itu undur diri ke sebuah pojok di mana jalanan menikung dan dia tinggal diam membisu, sementara tak seorang pun mempedulikannya. Yesus segera kembali dan Petrus berkata: "Itu Guru. Katakan pada-Nya apa yang kau inginkan dan cepatlah."

Perempuan itu bahkan tidak menjawab kepadanya, tapi menghampiri Yesus dan berlutut di depan kaki-Nya. Dia diam.

"Photinai, apakah yang kau inginkan dari-Ku?"   

"Pertolongan-Mu, Tuhan. Aku begitu lemah. Dan aku tidak ingin berdosa lagi. Aku sudah mengatakannya kepada laki-laki itu. Tapi sekarang sesudah aku bukan lagi seorang pendosa, aku tidak tahu apa-apa. Aku tidak tahu apa yang baik. Apakah yang harus aku lakukan? Sudi katakanlah kepadaku. Aku ini lumpur. Tapi kaki-Mu menapaki jalanan untuk pergi kepada jiwa-jiwa. Injaklah lumpurku, tapi datanglah kepada jiwaku dengan nasehat-Mu." Dia pun menangis.

"Kau tak dapat mengikuti Aku, seorang perempuan sendirian. Tapi jika kau sungguh tak ingin berdosa lagi dan kau ingin belajar bagaimana tidak berdosa, maka pulanglah ke rumahmu dengan budi yang bertobat dan nantikanlah. Harinya akan datang, ketika di antara lebih banyak lagi perempuan yang juga telah ditebus, kau akan dapat dekat dengan Penebus-mu dan belajar pengetahuan akan Kebajikan. Pergilah. Janganlah takut. Bertekunlah dalam kehendakmu yang sekarang untuk tidak berdosa lagi. Selamat tinggal."

Perempuan itu mencium tanah, bangkit berdiri, undur diri beberapa yard, dan lalu pergi, menuju Sikhar….            
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 2                     Daftar Istilah                      Halaman Utama