![]() |
![]() Edisi YESAYA | Bunda Maria | Santa & Santo | Doa & Devosi | Serba-Serbi Iman Katolik | Artikel | Suara Gembala | Warta eRKa | Yang Menarik & Yang Lucu | Anda Bertanya, Kami Menjawab
![]() ![]() ![]() Warta Paroki Gembala Yang Baik No. 19 Tahun VII / 2005 - 08 Mei 2005
![]() SUARA GEMBALA
![]() "Semoga Mereka Menjadi Satu,
![]() Sama Seperti Kita"
![]() SMS berantai tanpa alamat,
pesan yang beredar di hari komunikasi sedunia.
Kata-kata di atas adalah ungkapan doa Yesus, yang ditujukan kepada Bapa untuk kepentingan para murid-Nya. Doa ini mengungkapkan sisi sosial manusia bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri; dan menunjukkan salah satu bahaya paling besar yang terus mengancam kehidupan bersama yakni perpecahan.
Hari ini adalah hari komunikasi sedunia: Kuncinya kepercayaan
Kita menyadari berbicara tentang komunikasi menyentuh begitu banyak aspek; tergantung dari sisi mana orang memandangnya. Kalau kita memandang dari sisi relasi antara manusia, maka kita boleh katakan bahwa syarat utama komunikasi yang utuh adalah kepercayaan. Lihat saja dalam pengalaman sehari-hari-kenapa saya bisa berbicara dengan orang itu tentang masalah saya, tentang kesulitan saya, tentang duka hidup saya (= dan bukan kepada orang lainnya), karena saya percaya pada dia.
Gabriel Marcel pernah mengatakan, “untuk membangun sebuah relasi, dua orang / pihak itu harus saling mempercayai”. Dan kepercayaan itu lahir melalui sebuah proses waktu dan pengalaman demi pengalaman. Itu makanya orang katakan, “kepercayaan itu mahal, sekali kita membuat orang tidak percaya, sulit atau sukar sekali membangun kembali kepercayaan itu lagi.” Ketika terjadi krisis dalam hal kepercayaan ini, konsekuensinya menjadi sangat luas; orang menjadi resah, tidak tenang dan takut, bahkan orang dapat saja undur atau menarik diri.
Dalam Kisah Para Rasul 1:12-14, tampak para murid bersatu sehati bertekun dalam doa karena mereka percaya. Percaya pada satu sama lain dan terlebih lagi percaya kepada Tuhan. Kepercayaan itu telah membuat mereka terbuka menerima satu sama lain; telah membuat mereka memandang kepada satu tujuan, yakni kemuliaan Tuhan. Kepercayaan itu juga telah membuat mereka merasa berarti dalam kebersamaan itu sekaligus sanggup menguatkan mereka ketika dinista dan ditolak. “Kamu mesti malu kalau kamu menderita sebagai pembunuh atau pencuri; penjahat atau pengacau, tetapi jangan malu kalau kalian menderita karena Yesus Kristus” tulis santo Petrus. Memang kepercayaan kepada Tuhan, kepercayaan kepada sesama, dan kepercayaan kepada diri sendiri adalah sisi hidup yang perlu kita renungkan.
Komunikasi Allah - Manusia: Kuncinya kasih
Berkomunikasi antar manusia membutuhkan sarana / media; lihat saja sarana komunikasi sekarang semakin hari semakin canggih saja. Orang bahkan bingung untuk memilih mana yang harus digunakan (= saking banyaknya). Tetapi bagaimana berkomunikasi dengan Allah yang kita imani sebagai asal dan tujuan hidup manusia itu?
Pertama, setia membangun iman kepercayaan kepada Tuhan. Di tengah arus dunia yang serba cepat dan sibuk ini, legitimasi atas kehadiran Tuhan mulai pudar. Orang sibuk dengan bisnis dan urusan duniawi; sejam waktu untuk Tuhan terasa sangat lama, sedang waktu untuk bisnis berjam-jam tidak bosan. Orang cenderung berpihak pada hal-hal yang kelihatan, sedangkan Tuhan sebagai kekuatan yang tak kelihatan gampang disepelekan. Unsur-unsur rohani seakan-akan sudah menjadi beban bagi kehidupan.
Apa yang bisa kita lakukan:
1. Tuhan telah memberikan kehidupan kepada kita. Ia menuntun, menghibur dan mencintai kita. Kita diharapkan untuk setia menyembah Dia.
2. Perlu sikap positif bahwa agama merupakan sebuah sarana untuk mengembangkan kehidupan kita.
3. Luangkan waktu secukupnya utnuk berkomunikasi dengan Tuhan.
4. Pandanglah penderitaan dan kesulitan hidup dari kacamata rohani. Melalui penderitaan Tuhan hendak memurnikan hidup. Melalui kesusahan, mungkin Tuhan mau menyadari keberadaan kita.
Kedua, komunikasi dengan Tuhan diwujudkan secara konkrit dalam komunikasi dengan sesama. Akibat tidak adanya kepercayaan, komunikasi yang baik sulit dicapai.
Apa yang bisa kita lakukan?
1. Berusaha memperlakukan sesama sebagai “diriku yang lain”, yang juga memiliki kelemahan dan kelebihan.
2. Menjauhkan diri untuk melihat sesama sebagai “pesaing” dalam bidang apa saja. Sesama mesti dipandang sebagai teman seperjalanan. Sehingga setiap orang boleh jujur kepada sesamanya.
3. Berilah waktumu untuk kehidupan sesama. Luangkan waktu untuk mendengarkan mereka dan perlu ada sikap kerendahan hati terhadap sesama.
Doa Yesus, semoga mereka bersatu - adalah undangan bagi setiap kita untuk membangun komunikasi yang baik dengan Tuhan, dengan sesama, dan tidak kalah pentingnya adalah dengan diri sendiri. Setiap orang percaya adalah misionaris sekaligus komunikator cinta kasih bagi dunia.
Rm. Gregorius Kaha, SVD
|
![]() |