392. DI RUMAH PEDESAAN MILIK MARIA IBUNDA YUDAS.             


26 Februari 1946   

Mereka tiba di rumah pedesaan Yudas di suatu pagi yang sejuk nan indah. Kebun buah-buahan basah oleh embun dan rerumputan di bawah pepohonan bagaikan hamparan karpet berbunga-bunga di atas mana kawanan lebah berdengung. Jendela-jendela rumah sudah terbuka. Perempuan yang mengelolanya, seorang perempuan kuat yang mengimbangi perintahnya dengan kebaikan hati, menyampaikan perintahnya kepada para pelayan dan para petani sementara dia sendirilah yang membagikan makanan kepada mereka masing-masing sebelum mengirim mereka ke tempat kerja. Melalui pintu dapur besar yang terbuka lebar ia terlihat berjalan mondar-mandir dalam balutan gaun berwarna gelap, berbicara kepada si ini dan si itu, dan menempatkan porsi makanan sesuai kebutuhan masing-masing pekerja. Sekawanan burung merpati berdekut di depan pintu, menunggu giliran mendapatkan bagiannya.

Yesus melangkah seraya tersenyum dan Dia hampir tiba di depan pintu, ketika Maria istri Simon menengok ke luar, dengan sekantong kecil jagung di tangannya, seraya berkata, "Sekarang giliranmu, burung-burung merpatiku. Ini makanan pertamamu, lalu pergilah dengan gembira, di bawah hangatnya sinar matahari, sambil memuji Allah. Jadilah baik, jadilah baik! Ada cukup untuk tiap-tiap kamu dan jadi kamu tidak perlu mematuk satu sama lain..." Dan dia menebarkan biji-biji jagung ke segala arah untuk menghindari pertikaian sengit di antara merpati-merpati yang rakus. Dia tidak melihat Yesus, karena dia juga membungkuk untuk membelai sebagian dari burung-burung itu, yang mematuk-matuk jemari kaki si perempuan dengan sayang. Maria menempatkan seekor dalam kedua tangannya dan membelainya. Dia lalu menurunkannya kembali dan mendesah.

Yesus maju selangkah seraya berkata, "Damai sertamu, Maria, dan serta seisi rumahmu!"

"Guru!" seru perempuan itu, yang menjatuhkan kantong kecil yang dipegangnya di bawah lengannya, dan dia berlari menyongsong Yesus; tindakannya itu mengagetkan burung-burung merpati yang lalu terbang, tetapi segera hinggap kembali ke tanah dan lalu sibuk mematuk-matuk tali kantong kecil itu dan juga kantongnya untuk melonggarkan dan membukanya, dan dengan demikian memuaskan nafsu rakus mereka.

"Oh! Tuhan! Sungguh hari yang suci dan membahagiakan!" dan dia hendak berlutut untuk mencium kaki Yesus.

Namun Yesus menghentikannya dengan mengatakan, "Ibunda para rasul-Ku dan para perempuan kudus Israel tidak boleh merendahkan diri mereka seperti budak di hadapan-Ku. Mereka telah memberi-Ku jiwa-jiwa beriman mereka dan putra mereka. Aku memberikan kasih istimewa kepada mereka."

Ibunda Yudas sangat terharu dan mencium tangan-Nya seraya berbisik, "Terima kasih, Tuhan!" Dia kemudian mengangkat kepalanya dan melihat kelompok rasul, yang berhenti di pepohonan terdekat, dan si ibu terkejut sebab putranya tidak datang menemuinya, dia menatap mereka dengan lebih saksama. Dia menjadi pucat karena ketakutan. Dia nyaris berteriak saat bertanya, "Putraku, di mana dia?" dan dia menatap Yesus dengan gemetar ketakutan.

"Jangan takut, Maria. Aku telah mengutusnya bersama Simon Zelot ke rumah Lazarus untuk suatu misi. Andai Aku bisa berhenti di Masada selama yang Aku rencanakan, Aku pasti akan menjumpainya di sini. Tapi Aku tidak bisa berhenti di sana. Kota yang bersikap memusuhi-Ku itu menolak-Ku. Dan Aku segera datang ke sini untuk mendapatkan penghiburan dari seorang ibu dan memberinya kesukaan mengetahui bahwa putranya melayani Tuhan," kata Yesus yang menekankan kata-kata terakhir, untuk membuatnya lebih mengesankan.

Maria bagai bunga layu yang hidup kembali. Pipinya kembali merona dan matanya berbinar. Dia bertanya, "Sungguhkah, Tuhan? Apakah dia baik? Apakah Engkau suka bersamanya? Ya? Oh! Betapa sukacitaku! Sukacita hati ibunya! Aku sudah sangat banyak berdoa! Dengan sangat! Aku juga sangat banyak beramal! Dan aku melakukan begitu banyak penitensi... sangat banyak... Dan apakah yang tak hendak aku lakukan demi membuat putraku kudus? Terima kasih, Tuhan-ku! Terima kasih Engkau sudah sangat mengasihinya. Kasih-Mu-lah yang menyelamatkan Yudasku..."

"Ya. Kasih 'kita' yang... mendukungnya..."

"Kasih kita! Betapa baiknya Engkau, Tuhan! Engkau mendekatkan kasihku yang malang, bukan, mempersatukannya dengan kasih ilahi-Mu!... Oh! betapa kata-kata itu yang telah Engkau katakan kepadaku! Betapa besar kepastian, betapa besar penghiburan dan damai yang Engkau berikan kepadaku! Jika itu hanya kasihku yang malang, Yudas tidak akan mendapatkan banyak manfaat darinya. Tetapi Engkau, dengan pengampunan-Mu... karena Engkau tahu kesalahannya, Engkau... dengan kasih-Mu yang tak terbatas, yang seolah semakin bertambah semakin dia membutuhkannya sesudah dia melakukan pelanggaran, oh! Engkau... Yudasku akan bisa mengendalikan dirinya, pada akhirnya, dan selamanya. Benar begitu, Guru?" Perempuan itu menatap pada-Nya dengan matanya yang dalam dan serius, tangannya terkatup dalam doa.

Yesus... oh! Yesus Yang tak dapat menjawab 'ya' tetapi tak hendak merenggut saat-saat damai ini darinya, menemukan kata-kata yang bukan kebohongan bukan pula janji, tetapi yang dapat diterima sang ibu dengan hati lega. Dia mengatakan, "Kehendak baiknya yang dipersatukan dengan kasih kita akan dapat membuahkan mukjizat nyata, Maria. Biarkan damai tinggal dalam hatimu dengan selalu berpikir bahwa Allah sangat mengasihimu. Dia memahamimu. Dan Dia akan menjadi sahabatmu selamanya."

Maria mencium tangan-Nya sekali lagi untuk berterima kasih kepada-Nya. Dia kemudian mengatakan, "Kalau begitu, marilah ke rumahku, sambil menunggu Yudas. Kasih dan damai ada di sini, Guru yang terberkati."

Yesus memanggil para rasul-Nya dan masuk ke dalam rumah untuk mencicipi makanan kecil dan beristirahat.




Sore hari. Malam perlahan menyelimuti pedesaan. Kebisingan satu per satu berhenti dan hanya angin sepoi-sepoi yang bisa terdengar di antara dedaunan: ada keheningan mendalam. Kemudian ada jangkrik pertama di ladang yang penuh dengan tanaman yang siap dipanen. Lalu ada seekor lagi... dan lainnya lagi... Dan di seluruh negeri terdengar kerik jangkrik yang monoton... sampai seekor burung bulbul menyampaikan pertanyaan merdunya yang pertama kepada bintang-bintang... ia terdiam, lalu melanjutkan nyanyian. Sekali lagi hening... Apakah yang dinantikannya? Apakah mungkin sinar bulan yang pertama?... Kini ia berbisik dengan suara pelan, pastilah ia sudah terbang ke pohon walnut yang lebat di dekat rumah, di mana mungkin sarangnya berada. Kelihatannya ia mengobrol dengan pasangannya yang mungkin sedang mengerami telur-telurnya... Terdengar suara embik yang tak kunjung putus di kejauhan. Suara gemerincing lonceng-lonceng kuda di jalanan Keriot. Kemudian sunyi.

Yesus duduk dekat Maria di bangku-bangku depan rumah. Dia beristirahat dengan damai di antara para murid-Nya dan para pelayan rumah. Suasananya menyenangkan dan damai, melegakan baik tubuh maupun jiwa. Yesus tidak banyak bicara, sesekali saja Dia berbicara. Dia membiarkan para rasul berbicara tentang En-Gedi, tentang kepala sinagoga tua, tentang mukjizat. Maria dan para pelayan mendengarkan dengan penuh perhatian.

Sesuatu bergerak dekat pohon-pohon apel. Namun saat berada di sini, di ruang terbuka di depan rumah, orang hanya bisa melihat dalam remang-remang, karena saat itu malam terang berbintang, tidak ada cahaya di bawah pepohonan yang rimbun dan orang hanya bisa mendengar suara sesuatu yang bergerak.

"Apakah itu binatang malam? Seekor domba yang tersesat?" tanya beberapa dari antara para rasul. Dan penyebutan domba mengingatkan mereka akan banyaknya domba yang meratap karena orang telah mengambil anak dombanya untuk disembelih.

"Domba malang itu tidak bisa tenang!" kata si petani. "Aku khawatir ambingnya akan mengeras. Ia belum makan apa pun sepanjang hari dan ia tidak melakukan apa pun selain mengembik... Dengarkan!..."

"Ia akan bisa melaluinya... Mereka beranak supaya kita bisa makan anak dombanya," kata seorang pelayan berfilosofi.

"Tetapi tidak semuanya sama. Yang ini tidak bodoh dan karenanya ia lebih menderita. Dengarkan! Bukankah itu terdengar seperti ratapan? Jangan bilang aku bodoh, Guru... Suara itu mempengaruhiku seperti ratapan seorang perempuan yang kehilangan anaknya..."

"Sebaliknya, bu, kau sudah menemukan anakmu!" kata Yudas Keriot yang tiba-tiba muncul di belakang mereka bersama Simon dan membuat semua orang terlonjak kaget.

"Guru! Berkatilah kepulangan kami sebagaimana Engkau memberkati keberangkatan kami."

"Ya, Yudas," dan Yesus memeluk mereka berdua.

"Dan kau juga, ibu..." Maria juga mencium dan memeluk putranya.

"Kami tidak menyangka akan mendapati-Mu di sini, Guru. Kami berjalan tanpa kenal lelah, sebagian besar waktu kami mengambil jalan pintas supaya tidak terhambat. Tetapi kami bertemu dengan beberapa murid dan kami memberitahu Yohana dan Eliza bahwa kita akan segera mengunjungi mereka," jelas Simon.

"Ya. Dan Simon berjalan segesit seorang pemuda. Guru, kami sudah menyampaikan pesannya. Lazarus sakit parah. Dan cuaca panas menambah penderitaannya. Dia memohon Engkau segera menemuinya... Guru, kecuali Antonia, kemana aku pergi untuk menyenangkan Egla yang ingin berterima kasih kepada Claudia sebelum berangkat ke Yerikho, aku tidak pergi kemana pun. Bukan begitu, Simon?"

"Ya, benar. Dan kami pergi ke Antonia jam enam, pada hari yang panas, ketika adalah bijaksana untuk tinggal di rumah. Sementara Yudas berbicara dengan Claudia, yang sudah dipanggil Albula Domitilla masuk ke dalam taman, kepadaku diajukan pertanyaan-pertanyaan oleh perempuan-perempuan lainnya. Aku pikir aku tidak berbuat salah dengan menjelaskan, sebaik mungkin, apa yang ingin mereka ketahui."

"Kau melakukan hal yang benar. Mereka sangat antusias untuk mengenal kebenaran."

"Dan Claudia benar-benar bersedia membantu-Mu. Dia membiarkan Egla pergi menyalami Plautina dan para perempuan lainnya, dan dia mengajukan banyak pertanyaan kepadaku. Jika aku memahaminya dengan benar, dia hendak membujuk Pontius untuk tidak mempercayai fitnah kaum Farisi, Saduki, dan sebagainya. Pontius mempercayai para centurion hanya sampai batas tertentu, karena mereka adalah prajurit yang baik tetapi bukan pembawa pesan yang baik. Dan dia kerap memanfaatkan istrinya, yang pastinya sangat cerdas dan lihai, untuk mendapatkan informasi yang berharga. Claudia adalah benar-benar Proconsul yang sebenarnya. Pontius pastinya bukan seorang yang benar-benar hebat dan berada di posisinya hanya karena Claudia begitu berkuasa dan menasihatinya. Mereka memberi kita sejumlah uang untuk kaum miskin-Mu. Ini dia."

"Kapan kau datang? Apa kau tidak merasa lelah dan berdebu?" tanya Yakobus Zebedeus.

"Antara jam tiga dan enam. Kami pergi ke Keriot untuk melihat apakah ibuku ada di sana dan memberitahunya tentang kedatanganmu. Tapi aku berperilaku seperti yang Kau kehendaki, Guru. Aku tidak menyerah pada keinginan manusia. Benar begitu, Simon?"

"Ya, itu benar."

"Sungguh baik. Selalulah taat dan kau akan selamat."

"Ya, Guru. Oh! sekarang sesudah aku tahu bahwa Claudia ada di pihak kita, aku tidak akan lagi dipimpin oleh ketergesaanku yang bodoh. Tapi itu semua demi kasih. Engkau harus setuju. Kasih yang tidak teratur... karena rasanya seperti tidak dilindungi, sepeti tidak mendapatkan pertolongan untuk mencapai tujuannya, yakni agar Engkau dikasihi, dihormati sebagaimana selayaknya, dan sebagaimana seharusnya. Sekarang aku lebih tenang. Aku tidak lagi takut. Dan menyenangkan juga menantikan..." kata Yudas setengah melamun.

"Jangan tenggelam dalam mimpi, Yudas. Ikuti kebenaran. Aku-lah Terang dunia dan terang akan selalu tidak disukai oleh kegelapan..." Yesus memperingatkan.

Bulan sudah muncul. Dalam cahaya putih rembulan, negeri tampak bersinar, wajah-wajah kelihatan pucat, rumah-rumah dan pepohonan bagaikan perak. Sisi timur pohon walnut terang benderang. Burung bulbul menerima undangan rembulan dan memulai nyanyian merdunya yang panjang, yang telah disimpannya, demi menyambut bulan dan malam.
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 6                 Daftar Istilah                    Halaman Utama