396. SELAMAT TINGGAL HEBRON.
7 Maret 1946
Dan inilah Hebron di tengah-tengah pegunungan yang berselimutkan hutan dan padang rumput. Saat memasuki kota, Yesus disambut dengan teriak hosana oleh orang-orang pertama yang melihat-Nya; beberapa orang dari antara mereka berlari untuk menyampaikan kabar kepada seluruh penduduk desa. Kepala sinagoga, orang-orang yang disembuhkan secara mukjizat tahun sebelumnya, dan orang-orang terpandang, semuanya bergegas menyongsong-Nya. Semua orang ingin menjadikan Tuhan sebagai tamunya.
Namun, Yesus berterima kasih kepada mereka semua dengan berkata, "Aku hanya berhenti sebentar untuk berbicara kepadamu... Jadi, marilah kita pergi ke rumah suci yang malang milik Pembaptis, supaya Aku dapat menyampaikan hormat-Ku kepadanya juga... Rumah itu adalah tanah mukjizat. Kamu tidak mengetahuinya."
"Oh! Kami tahu, Guru. Orang-orang yang disembuhkan ada di antara kami!..." kata banyak orang.
"Jauh sebelum tahun lalu, itu adalah tanah mukjizat. Pertama kalinya adalah tigapuluh tiga tahun yang lalu, ketika Kasih Karunia Tuhan menghidupkan kembali rahim yang layu untuk menjadikannya pohon yang membuahkan apel manis, yakni Perintis Jalan-Ku. Dan tigapuluh dua tahun yang lalu, ketika dengan suatu perbuatan misterius, Aku menguduskan dia terlebih dahulu, sementara dia dan Aku adalah dua buah yang matang dalam kedalaman rahim. Dan kemudian lagi, ketika Aku membuka ikatan lidah ayah Yohanes. Namun, suatu mukjizat besar yang terjadi dua tahun yang lalu, yang tidak seorang pun dari antaramu tahu, akan ditambahkan pada perbuatan rahasia Sang Inkarnasi yang belum lahir. Ingatkah kamu akan perempuan yang dulu tinggal di sana?..."
"Siapa? Aglae?" tanya banyak orang.
"Ya. Aku menghidupkannya kembali, bukan rahimnya, tetapi jiwanya yang layu oleh kekafiran dan dosa, dan Aku membuatnya subur akan kebenaran, membebaskannya dari belenggu-belenggunya, sementara Aku dibantu oleh niat baiknya. Dan Aku mengajukan dia kepadamu sebagai teladan. Jangan tersinggung. Dengan sungguh-sungguh Aku katakan kepadamu bahwa dia patut dijunjung sebagai panutan untuk diteladani, karena hanya sedikit saja orang di Israel yang sudah melangkah sejauh orang-orang kafir dan orang-orang berdosa untuk mencapai sumber-sumber Allah."
"Kami pikir dia sudah pergi bersama kekasih-kekasihnya... Ada orang yang mengatakan bahwa dia sudah berubah dan menjadi baik... Tetapi kami katakan: 'Itu adalah keinginannya sesaat!' Ada juga orang yang mengatakan bahwa dia sudah datang kepada-Mu ... untuk berbuat dosa..." kata kepala sinagoga.
"Dia memang datang kepada-Ku. Tetapi untuk ditebus."
"Kami berdosa karena menghakimi secara gegabah..."
"Itulah sebabnya Aku katakan: 'Janganlah menghakimi.'"
"Dan di manakah dia sekarang?"
"Hanya Allah yang tahu. Dia tentunya sedang melakukan penitensi yang berat. Berdoalah untuk mendukungnya... Aku menyalamimu, wahai rumah suci milik Kerabat dan Perintis Jalan-Ku! Damai sertamu! Meski engkau sekarang sendirian dan terlantar, kiranya damai selalu sertamu, wahai tempat tinggal suci damai dan iman!" Yesus masuk ke dalam, dengan memberkati kebun, yang sudah menjadi liar dan Dia berjalan di sepanjang apa yang dulunya adalah pergola atau pohon salam atau espalier kotak yang rapi dan yang sekarang sudah menjadi rumpun tumbuh-tumbuhan yang acak-acakan yang dibelit oleh ivy, clematis, dan convolvuli. Yesus pergi ke ujung belakang, di mana terdapat sisa-sisa makam, dan berhenti di sana.
Orang banyak berkerumun di sekeliling-Nya dengan tertib dan tenang.
"Anak-anak Allah, penduduk Hebron, dengarkanlah! Aku telah datang untuk meneguhkan dan menguatkanmu dalam imanmu, supaya kamu tidak menjadi bingung dan tertipu dalam menilai Juruselamat-mu, seperti yang sudah kamu alami sehubungan dengan perempuan berdosa yang dulu tinggal di sini. Aku telah datang untuk memberimu viaticum [makanan untuk perjalanan] yang adalah sabda-Ku, supaya sabda-Ku itu dapat bersinar terang dalam dirimu di saat kegelapan dan Iblis tidak akan membuatmu kehilangan jalan ke Surga.
Dalam waktu dekat hatimu akan mengerang dengan kata-kata dari mazmur Asaf, sang nabi penyair, dan kamu akan berkata: 'Mengapa, ya Allah, Engkau menolak kami untuk selamanya? Mengapa Engkau murka terhadap kawanan domba yang biasa Engkau gembalakan?', dan kemudian kamu akan benar-benar dapat meninggikan Penebusan yang telah dituntaskan sebagai hak perlindungan, dan berseru: 'Inilah umat-Mu yang telah Engkau tebus!' untuk memohon perlindungan dalam Kristus Tuhan, dari para musuh yang akan sudah melakukan segala macam kejahatan di Sanctuarium sejati di mana Allah berada seperti di Surga. Dan sesudah merobohkan Yang Mahakudus, mereka akan berusaha merobohkan tembok-Nya, yakni orang-orang yang percaya kepada-Nya. Para pencemar dan penganiaya sejati Allah, yang lebih jahat dari Nebukadnezar dan Antiokhus dan semua penganiaya di masa mendatang, mereka sudah mengangkat tangan mereka untuk menjatuhkan-Ku dalam kesombongan mereka yang tak terbatas, yang tidak mau bertobat dan tidak mau memiliki iman, kasih, keadilan, dan seperti ragi dalam gundukan tepung, ia mengembang dan meluber dari Sanctuarium, yang sudah menjadi benteng dari para musuh Allah.
Anak-anak, dengarkanlah! Ketika mereka menganiayamu karena kamu mengasihi Aku, kuatkanlah hatimu dengan mengingat bahwa Aku telah dianiaya sebelum kamu. Ingatlah bahwa sudah ada lolong kemenangan di kerongkongan mereka, dan mereka sedang mempersiapkan bendera-bendera untuk dikibarkan pada saat kemenangan, dan di setiap bendera akan ada dusta melawan Aku, dan Aku akan terlihat seperti Yang Dikalahkan, Pelaku Kejahatan, Yang Terkutuk.
Apakah kamu menggelengkan kepala? Apakah kamu tidak percaya kepada-Ku? Kasihmu menghalangimu untuk percaya... Kasih adalah sesuatu yang luar biasa! Suatu kekuatan yang luar biasa... dan suatu marabahaya yang luar biasa! Ya, bahaya. Dampak dari kenyataan di saat kegelapan akan sangat ganas di luar batas manusia, di dalam hati yang mengasihi, yang belum sepenuhnya mantap, yang buta. Kamu tidak bisa percaya bahwa Aku, Sang Raja, Yang Berkuasa, bisa berada di bawah kekuasaan makhluk yang bukan apa-apa. Di atas semua itu, kamu tidak akan bisa mempercayainya kelak, dan keraguan akan muncul: 'Apakah itu benar-benar Dia? Dan jika benar, bagaimana mungkin Dia dikalahkan?'
Kuatkan hatimu untuk saat itu! Ingatlah bahwa jika 'dalam sekejap' para musuh Yang Mahakudus sudah merobohkan pintu-pintu, menghancurkan segalanya, dan menyalakan api kebencian terhadap Sabda Allah, jika mereka sudah merobohkan Tabernakel dari Nama Yang Tersuci, seraya berkata dalam hati: 'Mari kita hentikan semua perayaan bagi Allah di Bumi,' karena itu adalah perayaan memiliki Allah di antaramu, dan berkata: 'Jangan pernah biarkan tanda kebesaran-Nya terlihat lagi, jangan biarkan ada nabi yang tahu siapa kita,' maka Dia yang memberikan batas-batas pada samudera dan meremukkan kepala najis dari buaya-buaya sakral dan para penyembahnya di rawa, Dia yang membuka sumber-sumber mataair dan aliran-aliran air yang deras dan mengeringkan sungai-sungai yang tiada pernah habis, Dia yang adalah penguasa dari siang dan malam, musim panas dan musim semi, hidup dan mati, penguasa segala sesuatu, akan membuat Kristus-Nya bangkit dengan segera, bahkan dengan lebih segera, seperti yang ada tertulis, dan Dia akan menjadi Raja untuk selamanya. Dan mereka yang sudah senantiasa teguh dalam imannya akan memerintah bersama-Nya di Surga.
Ingatlah itu. Dan ketika kamu melihat-Ku ditinggikan dan dicemooh, janganlah bimbang. Dan ketika kamu ditinggikan dan dipandang hina, janganlah bimbang.
Oh! Bapa! BapaKu! Atas nama orang-orang ini, yang Engkau kasihi dan Aku kasihi, Aku memohon kepada-Mu. Dengarkanlah Sabda-Mu, dengarkanlah Sang Pendamai! Jangan serahkan kepada binatang-binatang buas jiwa mereka yang memuji-Mu dengan mengasihi-Ku, selamanya jangan lupakan jiwa anak-anak kecil-Mu. Ingatlah janji-Mu, ya Allah yang baik, karena tempat-tempat gelap di Bumi adalah sarang kejahatan darimana teror muncul untuk menakut-nakuti anak-anak kecil-Mu. Bapa! Oh! BapaKu! Jangan biarkan orang-orang rendah hati yang berharap kepada-Mu pergi dalam galau! Biarkan orang-orang yang miskin dan malang memuji Nama-Mu karena pertolongan yang Engkau berikan kepada mereka! Bangkitlah, ya Allah! Aku memohon kepada-Mu untuk saat itu, untuk saat-saat itu! Bangkitlah, ya Allah! Demi pengorbanan Yohanes dan kekudusan para patriark dan para nabi-Mu! Demi pengorbanan-Ku, ya Bapa, belalah kawanan domba-Mu dan kawanan domba-Ku ini! Anugerahilah mereka terang dalam kegelapan, iman dan kekuatan melawan para penggoda! Anugerahilah mereka Diri-Mu sendiri, Bapa! Anugerahilah mereka Kita, sekarang, esok, dan selamanya, sampai mereka memasuki Kerajaan-Mu! Biarkan Kita ada dalam hati mereka sampai mereka selama-lamanya berada di tempat Kita berada. Amin."
Dan karena tidak ada mukjizat yang perlu dikerjakan, Yesus berjalan menerobos khalayak ramai yang nyaris ekstasi seraya memberkati para pendengar-Nya satu per satu. Dan Dia melanjutkan perjalanan-Nya di bawah terik matahari, yang sudah tinggi, tetapi diredakan oleh pepohonan rindang dan udara sejuk pegunungan.
Di belakang-Nya, dalam satu kelompok, para rasul bercakap-cakap. Mereka berbicara satu sama lain penuh semangat.
"Khotbah yang luar biasa! Yang membuat orang gemetar!" kata Bartolomeus.
"Tetapi betapa menyedihkan! Yang membuatmu menangis!" kata Andreas seraya menghela napas.
"Eh! Itu perpisahan-Nya. Aku benar. Dia benar-benar melangkah maju menuju takhta-Nya," seru Yudas Iskariot.
"Takhta! Hmm! Aku pikir Dia merujuk lebih pada penganiayaan dan bukan kehormatan!" komentar Petrus.
"Sama sekali tidak! Masa penganiayaan sudah berakhir! Ah! Aku bahagia!" teriak Iskariot.
"Kau beruntung! Aku ingin kembali ke masa-masa ketika kita belum dikenal, dua tahun yang lalu... atau di Air Jernih... Aku gemetar membayangkan hari-hari mendatang..." kata Yohanes.
"Karena nyalimu ciut... Tetapi aku! Aku sudah melihat masa depan... Perarakan!... Para penyanyi!... Orang-orang menyembah!... Penghormatan dari negeri-negeri lain!... Oh! Inilah saatnya! Unta-unta akan benar-benar datang dari Midian dan orang banyak dari mana-mana... dan akan ada himpunan besar khalayak ramai... bukan sekadar tiga Orang Bijak yang miskin... Israel akan seagung Roma... Lebih agung dari Roma... Kemuliaan Makabe, Salomo... semua kemuliaan akan terlampaui... Dia... Raja segala raja... dan kita... sahabat-sahabatnya... Oh! Allah Yang Mahatinggi! Siapakah yang akan memberiku kekuatan untuk saat itu?... Aku berharap ayahku masih hidup!..." Yudas sangat kegirangan. Dia berbinar-binar membayangkan masa depan yang dia impikan akan ditempuhnya.
Yesus berada jauh di depan. Namun, Dia berhenti. Sang calon raja versi Yudas itu haus dan menangkupkan kedua tangan-Nya untuk mencedok air dari sebuah sungai kecil, lalu minum... seperti seekor burung atau domba yang merumput. Dia kemudian berbalik dan berkata, "Ada buah-buahan liar di sini. Ayo kita petik untuk melegakan selera makan kita..."
"Apakah Engkau lapar, Guru?" tanya Zelot.
"Ya," dengan rendah hati Yesus mengakui.
"Tidak heran! Engkau memberikan segalanya kepada orang miskin yang malang itu kemarin petang!" seru Petrus.
"Tetapi, mengapakah Engkau tidak mau berhenti di Hebron?" tanya Filipus.
"Karena Allah memanggilku ke tempat lain. Kau tidak tahu."
Para rasul mengangkat bahu dan mulai memungut buah-buah masam dari tumbuh-tumbuhan liar yang tersebar di lereng gunung. Buah-buah itu kelihatan seperti apel liar kecil. Dan Raja segala raja menyantapnya bersama para sahabat-Nya, yang wajahnya segera mengkerut karena rasa asam buah liar yang belum masak. Yesus, tenggelam dalam pikiran-Nya, makan dan tersenyum.
"Engkau hampir-hampir membuatku marah!" seru Petrus.
"Kenapa?"
"Karena Engkau bisa saja nyaman dan penduduk Hebron merasa senang, tetapi Engkau malahan merusak perut dan gigi-Mu dengan racun ini, yang lebih pahit dan masam daripada rumput bersalut racun vitriol."
"Oh! Aku memilikimu yang mengasihi-Ku! Ketika Aku ditinggikan dan Aku lapar dan haus, Aku akan mengenangkan dengan penuh kerinduan saat-saat ini, makanan ini, akan kamu yang sekarang bersama-Ku, dan yang kemudian..."
"Tetapi Engkau tidak akan lapar atau haus lagi saat itu! Seorang raja memiliki segalanya! Dan kami akan semakin dekat dengan-Mu!" seru Iskariot.
"Kau yang mengatakannya."
"Dan apakah menurut-Mu itu tidak akan terjadi, Guru?" tanya Bartolomeus.
"Tidak, Bartolmay. Ketika Aku melihatmu di bawah pohon ara, buahnya begitu masam hingga siapa pun yang memakannya, lidah dan tenggorokannya akan serasa terbakar... Tetapi buah masam dari pohon ara atau dari tumbuh-tumbuhan ini akan serasa lebih manis daripada sarang lebah bagi-Ku dibandingkan saat Aku dinaikkan... Ayo kita pergi..." dan Dia berangkat kembali, mendahului semua orang, sambil bermeditasi, sementara para rasul di belakang-Nya berbisik-bisik...
|
|